Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditipu, TKI Asal Trenggalek Terlantar di Hongkong, Jual Rumah Orangtua untuk Biaya Berangkat

Kompas.com, 13 November 2024, 20:10 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - PWA (24) pria asal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ditipu oleh agensi penyalur tenaga kerja luar negeri.

Akibatnya, selama enam bulan terakhir dia terlantar di Hongkong. Padahal dia sudah mengeluarkan uang Rp 105 juta yang diberikan WN, perempuan yang mengaku sebagai agensi perseorangan.

Mirisnya uang Rp 105 juta tersebut berasal dari tabungan keluarga, pinjaman, hingga menjual rumah yang ditinggali oleh orangtua PWA.

Kasus ini berawal saat orangtua PWA mencarikan pekerjaan keluar negeri untuk anaknya pada tahun 2019. Lalu mereka berkenalan dengan WN yang yang mengaku dapat memberangkatkan orang Indonesia menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) secara mudah.

Baca juga: WNI Pekerja Migran Jadi Korban Pembunuhan di Hong Kong

Namun syaratnya adalah harus membayar sejumlah uang. Kala itu, WN meminta uang Rp 85 juta pada orangtua PWA. Permintaan tersebut dituruti dan rencana keberangkatan PWA pun mulai disusun.

"Terus sepakat saya menyerahkan uang cash Rp85 juta ke ibu WN. Sesudah pembayaran dapat ku dan lain-lain disuruh pulang nunggu di rumah," ujarnya saat dihubungi awak media, Rabu (13/11/2024).

Kala itu ada dua lokasi yang ditawarkan pada PWA yakni bekerja sebagai karyawan pabrik di Korea Sleatan atau sebagai pegawai restoran di Australia.

Lalu PWA diminta ke Jakarta untuk langsung menemui WN. Namun PWA tak langsung berangkat dan diminta menunggu selama satu bulan di Jakarta.

Karena tak kunjung diberangkatkan, ia pun pulang ke Trenggalek. Iming-iming untuk diberangkatkan terus berulang pada tahun 2020, 2021 hingga 2022.

Misalnya pada tahun 2020, PWA dijanjikan ke Iggris dan dia kembali diminta ke Jakarta untuk mengurus visa. Namun keberangkatannya ditunda karena pandemi Covid-19.

Baca juga: 111 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam Tahun 2024

Ia diminta menunggu selama setahun dan diberikan tempat tinggal di sebuah kontrakan. Ia tinggal di Jakarta hingga tahun 2021 dan memutuskan pulang ke Trenggalek.

Pada tahun 2022, ia sempat ke Australia. Namun PWA langsung dideportasi karena dokumen yang digunakan ternyata palsu.

"Ada kabar lagi terus berangkat ke Jakarta. Saya sudah diuruskan visa Australia. September 2022 berangkat ke Australia. Sampai di Bandara Sidney ditahan Imigrasi. Ternyata ada dokumen palsu, kemudian dideportasi pulang ke Indonesia," katanya.

Selama empat bulan ia tinggal di rumah kontrakan di Jakarta yang disedikan oleh WN. Lalu, pada awal tahun 2023, PWA memutuskan untuk kembali pulang ke rumah keluarganya.

Namun bukan di Trenggalek, ia menetap di Kabupaten Nganjuk, kediaman salah satu kerabatnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau