SURABAYA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur buka suara terkait temuan puluhan siswa sekolah dasar (SD) di Situbondo yang disebut terindikasi cacar monyet (mpox).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Erwin Astha Triyono menegaskan, yang dialami puluhan siswa SD bukanlah cacar monyet (mpox), melainkan cacar air (varicella).
"Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Situbondo, bahwa kasus tersebut bukanlah kasus mpox, melainkan cacar air, ini perlu diluruskan," katanya kepada wartawan, Kamis (12/9/2024).
Menurutnya, terdapat 27 kasus cacar air yang ditemukan di SD Al-Abror Situbondo itu.
"Saat ini sudah ditangani oleh Dinas Kesehatan setempat," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes Pastikan Vaksin Mpox Aman, Kantongi Izin WHO dan BPOM
Gejala cacar air, menurut Erwin, berbeda dengan mpox. Mpox gejalanya berupa ruam dengan lepuhan pada beberapa bagian tubuh hingga alat kelamin.
"Selain itu juga demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan serta nyeri otot," terangnya.
Baca juga: Pasien Suspek Cacar Monyet Diisolasi di RSUD Brebes, Setelah Diperiksa Ternyata Cacar Air
Sedangkan gejala cacar air meliputi ruam atau bintik-bintik merah berisi cairan yang menyebar ke seluruh tubuh, demam, sakit kepala dan nyeri otot.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Sandy Hendrayono juga menegaskan virus yang menjangkit puluhan siswa di SD Al Abror tersebut adalah cacar air bukan cacar monyet.
Para siswa tersebut tidak mengalami gejala-gejala cacar monyet.
"Meskipun itu bukan cacar monyet namun kami berharap orangtua siswa tetap menjaga kesehatan supaya cacar tersebut tidak menular," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Erwin Astha Triyono berpesan kepada masyarakat jika menemui gejala cacar air maupun gejala mpox, segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat sehingga tidak menularkan kepada orang lain.
"Cacar air ini dapat menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit, melalui percikan air liur (droplet) serta kontak dengan benda terkontaminasi (baju, handuk, dll) dari pasien cacar air," ucapnya.
Untuk mencegah dan mengendalikan penyakit cacar air, Dinkes Jatim telah melakukan berbagai upaya, antara lain mengimbau agar siswa dan orangtua murid tidak panik, pembelajaran sementara dilaksanakan secara daring, serta memberikan edukasi kepada siswa dan guru terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pencegahan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang