SURABAYA, KOMPAS.com - Pakar politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai, kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya sudah usai. Hal ini setelah 18 partai politik mengusung pasangan Eri Cahyadi-Armuji.
Menurut Surokim, saat ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjalankan proses Pilkada Surabaya hanya sebagai formalitas.
"(Surabaya) sudah selesai Pilkadanya. Jadi menurut saya sekarang sudah selesai, tinggal formalitas pemilunya saja," kata Surokim ketika dikonfirmai melalui telepon, Senin (2/9/2024).
Baca juga: Pilkada Surabaya: Eri Cahyadi Ajukan Cuti, Kembalikan Fasilitas Negara
Surokim mengatakan, munculnya kotak kosong sebagai pilihan alternatif tidak akan berdampak besar. Menurut dia, para pemilih pasangan Eri-Armuji diperkirakan masih lebih banyak.
"Kotak kosong di Surabaya memang masih akan ada yang memilih, tapi jumlahnya tidak akan signifikan. Prediksi saya kotak kosong di Surabaya paling tinggi sampai 7 persen," ujarnya.
Baca juga: Disinggung Lawan Kotak Kosong dalam Pilkada Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji: Sama Saja
Tingginya pemilih itu, kata dia, disebabkan tidak adanya pasangan calon (paslon) lain yang merasa jalanya dihambat. Akhirnya, masyarakat merasa tidak perlu memberikan perlawanan.
"Seperti kasus di Makassar itu kotak kosong bisa memberi perlawanan dan bisa mengalahkan. Karena waktu itu ada upaya menghambat paslon yang kuat tapi tidak bisa mencalonkan diri," jelasnya.
Diketahui, Eri-Armuji telah didukung 18 partai politk untuk maju pada Pilkada Surabaya. Partai dengan kursi parlemen yakni PDI Perjuangan, PAN, PKS, PKB, PPP, Demokrat, Gerindra, Golkar, Nasdem dan PSI.
Sedangkan, partai lain yang tidak memiliki kursi di parlemen adalah Hanura, PBB, PKN, Partai Garuda, Gelora, Partai Ummat, Perindo, serta Partai Buruh.
"Faktor kotak kosong ini karena partai kita pragmatis, cari power jangka pendek. Menganggap incumbent terlalu kuat akhirnya semuanya grogi dan enggak berani menantang," ujarnya.
Dengan demikian, Surokim menyayangkan partai lain yang tidak berani mengeluarkan kadernya untuk melawan petahana, Eri-Armuji. Akhirnya, masyatakat tidak memiliki pilihan pemimpin.
"Kotak kosong sebagai perlawanan di Surabaya sangat tipis. Saya sering berseloroh untuk Surabaya sudah selesai Pilkadanya, secara proseduralnya saja yang belum, faktualnya sudah selesai," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang