Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik PKB-PBNU, Cucu Pendiri NU Minta Para Elit Fokus ke Tugas Masing-masing

Kompas.com, 10 Agustus 2024, 16:59 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, KH. Abdussalam Shohib atau Gus Salam meminta para elit PKB dan PBNU untuk bersikap lebih dewasa serta fokus pada tugas masing-masing.

Menurut cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Bisri Syansuri tersebut, situasi yang terjadi antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada saat ini, tidak akan terjadi jika para elit memahami dan fokus pada tugas masing-masing.

Baca juga: PKB Percepat Muktamar di Tengah Konflik dengan PBNU dan Usai Pertemuan Cak Imin-Prabowo

“Yang paling penting sebenarnya adalah kemauan untuk fokus pada tugasnya masing-masing. Karena secara umum maupun struktural, tugasnya memang berbeda,” kata Gus Salam, saat ditemui Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Sabtu (10/8/2024).

Dia menjelaskan, PBNU dan PKB merupakan entitas berbeda. Meski demikian, keduanya memiliki keterkaitan historis yang tidak mudah dilupakan maupun dilepaskan.

Dikatakan Gus Salam, PBNU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, memiliki tugas antara lain pada urusan kemasyarakatan, keagamaan, serta pendidikan.

Adapun PKB, partai yang didirikan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat menjadi Ketua PBNU, memiliki tugas pada urusan atau persoalan-persoalan politik.

Menurut Gus Salam, konflik PKB vs PBNU berpotensi menciptakan kegelisahan dan kebingungan sebagian warga Nahdliyin di akar rumput.

Oleh sebab itu, dia meminta agar para elit PKB dan PBNU untuk bersikap dewasa, serta kembali fokus untuk melaksanakan tugas masing-masing.

“Jadi sebenarnya kalau mau dewasa, kalau berjalan dengan tupoksinya, mestinya tidak perlu terjadi dinamika atau situasi seperti ini. Pada situasi ini, masyarakat khususnya warga nahdliyin yang paling dirugikan,” ujar Gus Salam.

Sebagai informasi, hubungan antara PBNU yang dipimpin Yahya Cholil Staquf dengan PKB semakin merenggang.

Ketegangan ini semakin jelas ketika Yahya menuding bahwa Panitia Khusus (Pansus) Haji yang dibentuk DPR, saat itu dipimpin oleh Muhaimin Iskandar sebagai Wakil Ketua DPR, memiliki tujuan politik untuk menyasar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, yang juga merupakan adik Yahya.

Setelah itu, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf menyatakan rencana PBNU untuk mengambil alih PKB dari kepemimpinan Muhaimin. PBNU bahkan mengundang dua mantan petinggi PKB, Lukman Edy dan Effendy Choirie, untuk memberikan data terkait kondisi PKB.

Lukman menyampaikan bahwa di bawah kepemimpinan Cak Imin, PKB berupaya mengurangi sebagian besar kewenangan Dewan Syuro yang diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai.

Menurut Lukman, perubahan kewenangan Dewan Syuro ini terjadi sejak Muktamar Bali tahun 2019. Salah satu kewenangan yang dihilangkan adalah hak Dewan Syuro untuk menandatangani surat-surat keputusan penting dan memberikan persetujuan terhadap pengangkatan ketua umum PKB.

Baca juga: Laporkan Lukman Edy, PKB Kota Batu: Pernyataannya Melukai Kami

"Kalau dulu Dewan Syuro itu ikut menandatangani surat-surat keputusan. Kalau sekarang itu tidak ada lagi. Dewan Syuro tidak lagi menandatangani surat-surat keputusan," kata Lukman ditemui di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (31/7/2024) sore.

"Dewan Syuro tidak lagi memberikan keputusan terhadap hal-hal strategis di partai," tambahnya.

Lukman juga menambahkan, perubahan AD/ART ini membuat kepemimpinan PKB semakin terpusat pada Cak Imin, di mana semua keputusan partai kini berada di tangan Cak Imin tanpa melalui persetujuan Dewan Syuro.

"Jadi kewenangan tersentralisasi di ketua umum. Dan itu juga berimplikasi kepada kebijakan di DPP, internal DPP, itu tersentralisasi juga di ketua umum, di Pak Muhaimin Iskandar," ujar Lukman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau