SURABAYA, KOMPAS.com - Warga Kota Surabaya, Jawa Timur, merasakan suhu udara dingin di malam hingga pagi hari dalam beberapa hari terakhir. Menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena itu biasa terjadi saat puncak musim kemarau.
Salah satu warga, Farid Rahman (30) mengatakan, sudah merasakan hawa dingin tersebut sejak Senin (15/7/2024) dini hari. Perubahan suhu itu membuatnya mengalami sejumlah penyakit.
"Habis nobar (nonton bareng) Final Euro kerasa dinginya. Awalnya enggak masalah, tapi lama-lama sakit juga, kedinginan, flu, pilek, ini demam," kata Farid saat ditemui di Surabaya, Selasa (16/7/2024).
Baca juga: Pemilik Salon Spa di Surabaya Dibacok Dua Orang, Motor Dibawa Kabur
Warga Surabaya lainya, Rama Indra (25) mengatakan merasakan suhu dingin sejak Minggu (14/7/2024) malam. Dia pun senang karena biasanya merasakan panas saat tidur.
"Iya dingin, dua hari kembelakang ini kerasanya. Hari-hari sebelumnya Surabaya gerah banget, panas, tapi sekarang dingin. Lebih senang (suhu) sekarang enggak panas kalau tidur," kata Rama.
Baca juga: BKMG: Suhu Udara Terbilang Ekstrem di Aceh
Sementara itu, Ketua Tim Meteorologi BMKG Juanda Shanas Prayuda mengatakan, fenomena perubahan suhu menjadi lebih dingin yang dirasakan warga tersebut dinamakan bediding.
“Seperti kita ketahui, fenomena bediding adalah suhu dingin pada malam hingga pagi hari. Biasanya terjadi saat puncak musim kemarau,” kata Shanas.
Shanas mengungkapkan, fenomena bedinding tersebut biasa terjadi sekitar bulan Juli-Agustus. Sedangkan, wilayah yang merasakanya bukan hanya Surabaya, namun seluruh Jawa Timur (Jatim).
“Fenomena ini terjadi saat angin dominan dari arah timur yang membawa massa udara dingin dan kering dari Australia ke Indonesia," jelasnya.
Selain itu, kata dia, penyebab cepatnya perubahan suhu dari siang ke malam adalah sedikitnya tutupan awan. Dengan demikian, panas bumi tidak ditahan dan langsung ke atmosfer.
"Kondisi tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima bumi lebih besar sehingga suhu udara meningkat drastis di siang hari. Lalu panas bumi dilepaskan kembali ke atmosfer dengan cepat, sehingga udara mejadi lebih dingin," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang