KOMPAS.com – Dam Jati masih berfungsi sebagai bangunan pembagi air irigasi untuk tiga kabupaten.
Padahal, bangunan tersebut sudah sangat tua lantaran dibangun pada zaman pemerintahan Belanda, tepatnya tahun 1902.
Dam Jati berada di Desa Gorang Gareng, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Dam ini masih berfungsi sebagai bangunan pembagi air irigasi bagi 3 Kabupaten.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Magetan Muhtar Wahid mengatakan, Dam Jati juga disebut sebagai SIM atau Saluran Irigasi Madiun.
Baca juga: Bendungan Sukamahi, Pengendali Banjir dengan Konsep Bendungan Kering
Sebab, pemanfaatannya untuk pengairan sampai di Kabupaten Madiun meski bangunannya berada di Kabupaten Magetan.
“Meski bangunannya berada di Kabupaten Magetan namun fungsi dari Dam Jati adalah sebagai suplai pengairan sawah yang berada di Kabupaten Magetan, Madiun dan Ngawi,” ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Jumat (09/02/2024).
Muhtar Wahid menambahkan, sebanyak 11.000 hektar lahan persawahan dan perkebunan di 3 kabupaten sangat tegantung pengairannya dari Dam Jati.
“Ada 11.000 hektar yang dialiri Dam Jati. 11.000 terdiri dari Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Madiun, di mana 10 persen sawah di Madiun dialiri dari Dam Jati. Fungsinya sangat vital,” imbuhnya.
Pada zaman Belanda selain untuk mengairi sawah, Dam Jati juga difungsikan sebagai irigasi bagi tanaman tebu untuk pabrik gula yang ada di Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten dan Kota Madiun.
Baca juga: Mengenal Bendungan Cipanas, Pemasok Air Baku dan Irigasi di Kawasan Rebana
Jumlah pabrik gula di Magetan sebanyak 2 yaitu pabrik Gula Rejorari dan PG Purwodadi, sementara di Kabupaten Ngawi ada PG Sudono, di Kabupaten Madiun PG Rejo Agung, PG Pagotan, PG Kanigoro dan PG Rejosari yang saat ini tidak beroperasi lagi.
“Selain untuk sawah, dulu juga untuk pengairan tanaman tebu tapi paling banyak untuk pengairan sawah tergantung petani musimnya tanam apa,” ucapnya.
Dari struktur bangunan, Dam Jati memiliki sejumlah pembagian jalur air yang unik.
Menurut Muhtar Wahid, jalur-jalur berkelok dengan ketinggian tertentu dari pintu air merupakan teknologi pembagi aliran di zaman Belanda.
Jalur-jalur tersebut merupakan jalur pembagi bagi kabupaten kota untuk mendapatkan jatah aliran irigasi.
“Jalur ini untuk membagi masing-masing wilayah daerah mana yang akan dialiri. Dibagi supaya ada pintu masing-masing mau alirannya besar atau kecil itu ada pengaturannya,” katanya.
Baca juga: Bendungan Sigura-gura yang Pernah Muncul di Uang Kertas Pecahan Rp100
Dulu, Dam Jati pernah dibangun menjadi dam karet bantuan teknologi dari Jepang. Tetapi teknologi pembendung air dari karet mengalami kerusakan pada tahun 1980-an.
Mahalnya pengoperasian dan perawatan menggunakan teknologi dam karet membuat pemerintah Indonesia mengubah teknologi dam karet menjadi bangunan tetap.
“Ini dulu dam karet, usia pakainya 25 tahun jebol. Pemerliharaannya mahal. Kalau ini tidak kurang dari Rp 25 miliar, begitu jebol. Makanya diganti dengan dam tetap yang lebih murah pemeliharaannya,” jelas Muhtar Wahid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.