KEDIRI, KOMPAS.com - Wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dikenal sebagai daerah dengan banyak penemuan benda purbakala.
Terbaru, ditemukan artefak yang mirip tugu atau stamba di Desa Kayunan, Kecamatan Wates pada medio Januari 2024.
Artefak berbahan batu andesit yang mempunyai panjang 170 sentimeter dan ketebalan 76 sentimeter ditemukan saat penggalian tanah uruk. Bersamanya turut ditemukan sejumlah artefak lepas dari batu bata.
Pada badan bagian bawah artefak tugu tersebut terpahat aksara Jawa kuno dengan bacaan angka 1123. Bahkan kondisi pahatan itu masih cukup jelas kentara.
Temuan artefak mirip tugu ini dianggap temuan penting dan cukup bermakna.
Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kediri Eko Priatno mengatakan, artefak tersebut saat ini sudah dipindahkan dari lokasi penemuan ke balaidesa setempat.
“Sementara dipindah ke balaidesa karena faktor keamanan. Apalagi lokasi temuan tanahnya cukup labil sehingga rawan longsor di musim hujan begini,” ujar Eko Priatno, Jumat (26/1/2024).
Pemindahan itu menurutnya bersifat sementara karena sambil menunggu rekomendasi tempat penyimpanan yang tepat dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur.
Eko Priatno mengatakan, hingga kini belum diketahui pasti artefak tersebut adalah berfungsi tugu, berfungsi patok, atau bahkan berfungsi stamba. Sebab, penelaahan oleh para ahli masih terus berlangsung.
Pada pemeriksaan awal lokasi temuan, kata Eko, artefak-artefak tersebut kondisinya tercerai berai dan ditengarai sudah tidak lagi in situ atau bergeser lokasinya bahkan juga fungsinya.
Ditemukan juga artefak yang diduga tidak sekonteks jamannya atau kronologi waktunya. Itu terlihat pada penggunaan jenis bebatuan maupun penyusunan struktur artefaknya.
"Nenek moyang kita dulu sangat teliti. Gak mungkin struktur lapisan bata ada andesitnya karena (pengeleman) sistem kosot (gesek) bata dan bata. Biasanya andesit di pojokan sebagai penguat,” ungkap Eko.
Pada bahan utama artefak tugu tersebut adalah andesit solid. Itu identik dengan masa-masa Kerajaan Kediri.
Sedangkan bahan pada artefak lepas lainnya adalah batu bata dan andesit berpori. Andesit berpori identik dengan Kerajaan Majapahit sebagaimana candi Surowono dan candi Tegowangi.
Sehingga diduga kuat artefak itu telah mengalami upaya penataan ulang yang kemudian juga dimungkinkan bisa berubah fungsi. Bisa sebagai altar atau bentuk lain yang belum diketahui.