BLITAR, KOMPAS.com – Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuturkan kenangan masa kecil ketika dirinya selalu mendengarkan dengan khusyuk pidato presiden pertama RI Soekarno melalui radio transistor.
SBY mengatakan, pidato yang berlangsung selama berjam-jam itu selalu didengarkan dari awal sampai akhir.
Baca juga: Penumpang Pelita Air Bercanda soal Bom, Eks Wabup Blitar: Sudah Jalan di Runway, Tiba-tiba Berhenti
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut usai berdoa dan menabur bunga di pusara Makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Jumat (8/12/2023).
“Saya kira ini romantika saya, romantisme yang saya, miliki sejarah masa lalu yang Bung Karno menjadi pemimpin kita dulu,” tutur SBY, Jumat.
Baca juga: Dua Pelajar di Blitar Tewas Tersambar Kereta di Pelintasan Tak Berpalang
Pengisahan masa lalunya terkait Bung Karno itu, menurut SBY, menggambarkan kecintaan rakyat Indonesia termasuk dirinya kepada Sang Proklamator yang dia sebut sebagai tokoh paling penting dalam perjuangan memerdekakan Indonesia dari kolonialisme.
Menurutnya, kebiasaan mendengarkan pidato Bung Karno dengan khusyuk juga dilakukan oleh warga lain pada masa itu.
“Mendengarkan melalui radio transistor yang pakai pengeras suara. Saya itu mbok satu jam, satu setengah jam, bergeming. Karena saya mencintai pidato-pidato seperti itu. Mencintai Bung Karno presiden kita,” ujarnya.
SBY menandaskan bahwa Bung Karno adalah pemimpin besar bangsa Indonesia yang tidak hanya memiliki kerelaan yang begitu besar untuk berkorban demi kepentingan bangsa tapi juga seorang pemikir besar yang telah melahirkan ideologi Pancasila.
Menurutnya, di masa muda Bung Karno telah berkorban dengan keluar masuk penjara Pemerintah Kolonial Belanda karena keterlibatannya dalam berbagai gerakan, membakar semangat perjuangan kemerdekaan.
Kecemerlangan Bung Karno, kata SBY, juga berada pada rumusan Pancasila yang merupakan buah pemikirannya.
Hal itu terbukti telah menjadi kekuatan dahsyat sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia masih tetap ada hingga saat ini.
Baca juga: Saat Ganjar Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende
“Jadi 5 Sila itu ‘valid’ sepanjang masa. Bagi kita, itulah yang terbaik. Dan terbukti ketika menghadapi guncangan berkali-kali, negeri kita masih eksis,” tandasnya.
SBY menuturkan bahwa ziarah tersebut merupakan ziarahnya ke Makam Bung Karno yang keempat kalinya.
Ziarah yang pertama, ujarnya, dia lakukan saat dirinya masih menjadi taruna Akademi Militer.
Saat itu sejak kecil selama 40 tahun dirinya tinggal di Kota Blitar.
Ziarah kali kedua, adalah sebelum dan sesudah menjadi presiden keenam.
Baca juga: SBY Turun Gunung, Perintahkan Kader Demokrat Menangkan Prabowo-Gibran
SBY menegaskan bahwa ziarah yang dia lakukan kali ini merupakan ziarah penghormatan kepada tokoh besar bangsa, bukan ziarah bermuatan politik meskipun dilakukan pada masa kampanye menjelang Pemilu 2024.
“Sebetulnya, meskipun ini musim kampanye ya, pemilu. Tapi ziarah saya ini ziarah betul, tidak ada kaitannya dengan politik apapun,” ujarnya.
Dalam kegitan itu, SBY ditemani sejumlah petinggi Partai Demokrat, antara lain mantan juru bicara kepresiden Andi Alfian Mallarangeng, dan Ketua DPD Partai Demokrat yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.