SURABAYA, KOMPAS.com- "Kalau saya bilang banteng tidak pernah cengeng, kita tidak akan menyakiti orang lain, kita akan jaga. Tapi kalau kemudian banteng dicolek, dilukai, maka pasti akan menyeruduk semuanya. Itu bahasanya..."
Perumpamaan itu disampaikan oleh bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo di hadapan kader Partai Demokrasi Perjuangan (PDI-P) di Kantor DPD PDI-P Jalan Banteng Baru, Kota Denpasar, Bali pada Kamis (3/11/2023).
Baca juga: Gibran Janji Temui FX Rudy Bahas Status Keanggotaannya di PDIP
Ganjar, dalam pidatonya, juga menyinggung soal pencopotan baliho bergambar dirinya dan Mahfud MD saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja di Desa Batu Bulan, Gianyar, Bali, Selasa (31/10/2023).
Pemprov Bali dan Satpol PP mengklaim pencopotan baliho dilakukan demi menjaga netralitas Kepala Negara dan ASN, sesuai hasil Rakorwil dalam rangka kunjungan kerja Jokowi.
Presiden menanggapi, seharusnya pemerintah daerah meminta izin pada pengurus partai sebelum mencopot baliho.
"Berkomunikasi dengan pengurus partai di daerah. Jangan sampai nanti, apa, terjadi miskomunikasi dan menjadikan semua tidak baik," katanya di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur, Rabu (1/11/2023).
Pencopotan baliho tersebut menuai sejumlah respons, utamanya dari pendukung PDI-P.
Ganjar mengaku mendapatkan laporan bahwa sejumlah warga Bali menolak ke luar rumah untuk menyambut kedatangan presiden.
Baca juga: Prabowo-Gibran Daftar ke KPU, PDIP dan Relawan di Jabar Angkat Bicara
Pakar politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menilai ada relasi rumit yang semakin tampak, setelah sebelumnya PDI-P merasa 'ditinggalkan' oleh Jokowi.
Pernyataan Ganjar yang mengungkap respons warga terhadap pencopotan baliho disebutnya sebagai sebuah sindiran.
Baca juga: Awas Salah Langkah, Khofifah...
"Ini akan menjadi situasi yang rumit ke depannya, menyangkut relasi grassroot PDI-P dan Jokowi. (Hubungan keduanya) belum tentu akan bisa membaik dalam waktu dekat," ucapnya.
Surokim Abdussalam mengungkapkan, selama ini wilayah Bali terkenal sebagai salah satu "kandang banteng". Tindakan sekecil apa pun akan menjadi hal yang sentimental bagi pendukung partai.
"Menurut saya itu kok bagian dari tes ombak untuk wilayah Bali, yang selama ini kita kenal sebagai basis tradisonal pendukung PDI-P. Saya pikir ini akan sangat sentimental dan bisa menjadi pertarungan garis depan, untuk tes awal agar mendapat efek perhatian nasional," jelas dia.
"Gejala (sakit hati PDI-P) itu kasatmata terlihat, bisa dirasakan meski dalam diam. Dan grassroot akhirnya jadi sentimental, lalu menjadi menunggu situasi apa selanjutnya," ujar dia.
Respons Jokowi yang meminta pemerintah daerah meminta izin ke pengurus partai sebelum mencopot baliho disebutnya sebagai upaya mendinginkan situasi.
"Ya itu panggung depan untuk mendinginkan suasana, bagian dari lanjutan politik. Agar presiden tetap bisa mendapat efek mellow, terlihat netral, dan berdiri di semua golongan," kata Surokim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.