SURABAYA, KOMPAS.com - Pakar Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menyebutkan, dua wilayah di Surabaya, yakni kawasan industri dan perbatasan, kemungkinan memiliki kualitas udara yang buruk.
Kepala Departemen Teknik Lingkungan ITS Arie Dipareza Syafei mengatakan, berdasarkan studinya ada dua wilayah dengan kualitas udara buruk, yakni Jalan Ahmad Yani dan Rungkut Industri.
"Rungkut Industri (tingkat polutan) tinggi, tapi paling tinggi ada di Jalan Ahmad Yani sampai ke Jalan Basuki Rahmat," kata Arie, ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (15/8/2023).
Baca juga: Kualitas Udara Berbahaya, Pemkot Pontianak Tetapkan Belajar Online dari Rumah
Hal itu, kata Arie, lantaran Jalan Rungkut Industri merupakan lokasi berdirinya sejumlah pabrik. Sedangkan, Jalan Ahmad Yani adalah pintu masuk dan keluar dari Surabaya ke Sidoarjo.
"Meskipun banyak pohon, tapi kendaraan yang melintas banyak, volumenya tinggi. Sehingga emisi yang dikeluarkan juga sangat besar," jelasnya.
Arie mengungkapkan, kawasan Surabaya Pusat, seperti Jalan Tunjungan masih memiliki kualitas udara yang bagus. Meskipun, di wilayah tersebut kerap terjadi kepadatan kendaraan.
"(Buruknya kualitas udara) saya melihatnya bukan karena padat kendaraan, tapi volume kendaraan. Untuk Jalan A. Yani lancar tapi volume kendaraan yang melintas tinggi," ujar dia.
Sedangkan, lanjut Arie, untuk wilayah Surabaya Timur kualitas udaranya bagus karena adanya pohon mangrove. Selanjutnya, kawasan barat masih baik lantaran banyaknya ruang terbuka hijau.
"Surabaya Timur bagus, kawasan hijau, ada mangrove dan sebagainya. Kemudian beberapa kawasan Surabaya Barat dan Utara juga ada kawasan hijau dan kualitas udara bagus," ucapnya.
Arie menyarankan agar masyarakat lebih memanfaatkan banyaknya transportasi umum di Surabaya. Hal itu dapat mengurangi banyaknya emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan pribadi.
"Saya mendukung peningkatan kualitas transportasi publik di Surabaya, ada WaraWiri, Suroboyo Bus. Saya harap warga kurangi penggunaan mobil dan motor," katanya.
Berdasarkan indeks kualitas udara IQAir, Surabaya mencapai angka 108, Senin (14/8/2023), kemarin. Berdasarkan parameter tersebut, situs itu pun menyebutkan, udara Kota Pahlawan tidak sehat.
Baca juga: Kualitas Udara Buruk, Industri di Banten Diminta Perbarui Teknologi ke Ramah Lingkungan
Diberitakan sebelumnya, DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia hari ini, Selasa (15/8/2023) pagi.
Dikutip dari situs pemantau kualitas udara IQAir, pukul 05.43 WIB, indeks kualitas udara di Ibu Kota berada di angka 165 AQI US.
Angka kualitas udara itu tercatat bahwa saat ini DKI Jakarta masih masuk dalam kategori tidak sehat nomor dua di dunia.
Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI hari ini PM 2.5. Angka Konsentrasi itu, 16,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.