SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Timur tengah mewaspadai kejadian kasus hepatitis akut yang belum diketahui etiologi atau penyebabnya.
Diberitahukan sebelumnya, ditemukan 114 kasus suspect jaundice (kuning) akut yang bisa jadi berhubungan dengan hepatitis akut di 18 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Temuan itu didasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Jawa Timur, minggu I hingga minggu ke-17 tahun 2022, tepatnya hingga Rabu (4/5/2022).
Pada minggu ke-14 hingga minggu ke-17 2022, kasus suspek ini cenderung mengalami kenaikan.
Baca juga: Waspadai Hepatitis Akut, 114 Orang di Jatim Suspect Jaundice Akut, Ini Imbauan Dinkes
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak panik, tetapi sigap melihat gejala yang ditimbulkan.
Hal tersebut, kata Khofifah, merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementerian Kesehatan nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.
"Maka semua orang, baik anak kecil maupun dewasa, harus punya awareness akan bahaya penyakit ini. Kita juga wajib gercep melihat gejalanya. Karena semakin cepat ditangani, peluang untuk menghindari hal yang tidak diinginkan semakin besar," kata Khofifah di Surabaya, Jumat (6/5/2022).
Khofifah menyebutkan, gejala klinis dari hepatitis akut ini antara lain nyeri perut bagian bawah, diare, muntah-muntah, serta peningkatan enzim hati.
Hingga saat ini, tidak ditemukan gejala demam dalam sebagian besar kasus. Meski begitu, ia mengingatkan agar tidak lengah jika ada warga masyarakat yang mengalami demam.
"Jangan anggap sepele gejala yang ada. Walaupun jarang ada pasien hepatitis akut ini yang menderita demam, tapi alangkah baiknya kalau masyarakat langsung memeriksakan diri ke faskes terdekat kalau sudah merasa tidak enak badan," ujar dia.
Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya tindakan preventif dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta protokol kesehatan.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat menjaga satu sama lain dengan saling mengawasi.
"Kita juga harus saling jaga dan melihat satu sama lain. Yang dewasa mengawasi anak-anak dan yang muda juga menjaga yang tua. Pokoknya harus bersinergi karena sebelumnya sudah kita buktikan kalau akan lebih mudah melewati masa krisis jika kita saling menjaga bersama-sama," ucap Khofifah.
Khofifah menegaskan bahwa pemerintah akan terus berusaha menangani situasi yang ada. Semua pihak, lanjut dia, akan mengambil peran menyelesaikan masalah ini.
"Insya Allah, pemerintah akan meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang bisa diakses semua orang. Tapi ini bukan hanya beban yang ada di Dinas Kesehatan ataupun turunannya, melainkan juga tanggung jawab gubernur serta bupati/wali kota di Jatim serta seluruh elemen masyarakat untuk mencegah hepatitis akut jenis ini mewabah di Jatim," ujar dia.