Senyum Abdul pagi itu sangat lebar, karena di waktu yang masih sangat pagi sudah mendapat pelaris. Klien pertamanya adalah penumpang kapal menuju Sampit, Kalimantan Timur.
"Biasanya mereka enggak paham, turunnya di sini, kapalnya di sana. Kalau banyak barang bawaannya, kan pasti pakai jasa angkut, nah kalau itu, sudah pasti jadi mas," beber dia.
Baca juga: Kisah Mantan Akuntan Jadi Kuli Angkut Gudang, Kena Tipu Saat Coba Bisnis di Masa Pensiun
Abdul dan Mukti tidak pernah berpikir bagaimana dia ketika jatuh sakit, jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan mereka tak punya.
Hanya saja, dia mengantisipasi agar kondisi kesehatan jasamaninya tetap bugar, hanya meminum jamu seusai pijat tradisional. Itulah istilah service badan bagi para porter.
"Jangan sampai sakitlah, tetap dijaga sendiri kesehatan kita," ungkap dia.
Baca juga: Cerita Fransina Sawen, Ibu Tunggal yang 8 Tahun Jadi Kuli Angkut di Pelabuhan Rakyat Sorong
Pada saat pandemi Covid-19, Mukti dan Abdul nyaris frustasi. Sebab, semua kapal mengurangi jumlah penumpang. Akibatnya, peluang penghasilannya pun juga menurun.
"Mana kapalnya berkurang, terus penumpangnya menurun. Bahkan, puasa tak bawa pulang uang," kata Abdul.
Saat itu, jadwal kiriman uang Abdul ke anaknya di kampung sempat tak beraturan. Mencari utangan pun terbilang sulit.
"Kadang sampai harus gadai Hp, atau gadai sepeda motor agar dapat uang buat kiriman anak di kampung. Pokok jurusan apa pun dipakai yang penting hasilnya halal," ujar dia.
Mukti sempat berpikir berhenti menjadi angkut dan bertani saja di kampung halamannya. Tetapi, melihat semangat anak-anaknya yang sedang belajar, dia tetap menekuni pekerjaan menjadi kuli angkut.
"Mau balik saja ah, pulang ke Sumenep, bisa bertani bisa ikut ponakan jadi nelayan. Tapi aku mikir, belum tentu juga itu stabil pendapatanya, akhirnya sabar dulu," ungkap dia.
Mukti dan Abdul memiliki harapan tinggi agar mendapatkan intensif dari pemerintah.
"Saya pernah dengar tuh mas, istilah kartu prakerja. Masak orang enggak kerja dibantu. Kita ini loh juga dibantu. Kalau porter seperti kami hari biasa pasti turun pendapatannya. Kan enggak setiap hari kayak pas lebaran. Tolong lah khusus kami dibantu juga," pinta Abdul dan Mukti.
General Manager Kalimas dan Teminal Penumpang Pelindo III, Dhany Rachmat Agustin mengatakan, para pekerja kuli angkut atau porter yang berada di sekitar kawasan Gapura Surya Nusantara belum dilakukan pendataan dengan baik.
"Porter yang ada itu belum ada di bawah naungan kami, dulu pernah ada, tapi buyar secara perlahan," kata Dhany saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Sabtu (18/3/2023).
Dhany menjelaskan, ke depannya akan dilakukan pendataan terhadap setiap porter yang ada di wilayah kerjanya, sebelum momentum jelang mudik lebaran.
"Dalam waktu dekat ini kita akan lakukan pendataan itu, untuk kenyamanan para penumpang. Nanti kita kumpulkan kita data. Kita akan bahas juga tentang asuransi mereka, mulai dari kesehatan dan ketenagakerjaannya, rencananya nanti akan ada di bawah koperasi angkatan laut, nanti kita bahas dulu," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.