Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Kuli di Kawah Ijen Banyuwangi, Menantang Bahaya, Dorong Troli Berisi Turis Naik Turun Gunung

Kompas.com - 14/03/2023, 13:43 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Jatuh dan terkena asap belerang

Hasan bercerita, selama menambang belerang, banyak kesulitan yang sering ia rasakan.

"Kalau jatuh atau terpeleset ya itu sudah risiko. Pernah dulu, tapi paling cuma lecet aja. Alhamdulillah," ujar Hasan.

Dukanya, lanjut Hasan, karena kondisi cuaca hujan, jalur yang longsor, asap belerang yang menganggu mata dan pernapasan hingga nyeri sendi.

Jika dulu Hasan mampu memanggul belerang seberat 100-120 kilogram, kini dia hanya mampu mengangkut separuhnya.

"Karena usia sudah tua, sudah enggak terlalu mampu bawa beban berat. Sekarang paling 50-70 kilogram saja," ucapnya.

Tiap kilogram belerang dibeli oleh pabrik seharga Rp 1.250.

Baca juga: Peluk Gubernur Khofifah Sambil Menangis, Korban Banjir Bandang Ijen: Semua Barang Saya Habis...

"Kalau ngomongkan cukup atau enggak ya sebenernya enggak cukup. Tapi ya gimana lagi, harus kita syukuri," tutur Hasan.

Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Hasan tak sepenuhnya mengandalkan dari hasil belerang. Meski dari penambang lain menjadikan sebagai pekerjaan utama.

"Saya juga rawat ternak dan tani juga di kebun. Tapi itu ya pas di hari libur nambang. Karena kan sehari sekali libur, itu yang kita manfaatkan," ujarnya.

Menurut dia, kondisi tambang belerang di Kawah Ijen sudah tidak seperti dulu.

"Sekarang agak susah dicari. Makanya sekarang mungkin hanya tinggal 50 orang saja yang nambang," ucap Hasan.

Menurutnya faktor alam sangat mempengaruhi seperti volume air danau kawah yang naik hingga terdapat sumbatan-sumbatan di pipa kawah.

Baca juga: Teliti Sampel Asap dari Septic Tank Rumah Warga, Dinas LH Madiun: Dominan Unsur Belerang

"Airnya itu sekarang lagi naik. Panas itu, kayak air mendidih. Jadi kita harus hati-hati kalau nambang," ucapnya.

Selain itu, kata Hasan, tak ada anak muda yang berminal menjadi penambang belerang.

"Memang anak muda sekarang kebanyakan tidak mau jadi penambang. Anak saya saja juga saya larang. Karena tahu berat dan risikonya besar," ucap Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com