BANYUWANGI, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal dengan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Gunung Ijen Banyuwangi, Jawa Timur.
Selain dikenal dengan keindahan matahari terbitnya, gunung ini juga dikenal memiliki kawah terasam di dunia karena mengandung zat sulfur atau belerang.
Namun, di balik keindahan itu, Kawah Ijen menyimpan cerita perjuangan para penambang belerang yang luar biasa.
Baca juga: Jatuh ke Sublimasi Belerang di Kawah Ijen, Penambang Tewas Terbakar
Salah satunya adalah penambang belerang bernama Hasan (57) asal Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi.
Bapak satu anak ini mengaku sudah 38 tahun terjun sebagai seorang penambang belerang.
Hasan harus naik-turun Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut.
Meski berat, namun dirinya tetap harus bekerja demi menghidupi keluarganya.
"Berat, saya mulai menambang sekitar tahun 1985 lalu," kata Hasan kepada Kompas.com, Senin (13/3/2023).
Hasan bercerita, awal menjadi seorang penambang belerang karena mengikuti jejak sang ayah. Saat itu usianya baru 19 tahun.
Suami dari Amsiyah (45) ini bisa dibilang paling senior dari para penambang belerang lain yang berada di kawah Gunung Ijen. Maklum karena sudah 38 tahun.
"Karena saat itu ikut-ikutan. Dan juga tidak ada pekerjaan lain selain berkebun dan menambang belerang," ungkap Hasan.
Karena menurut Hasan, saat itu pekerjaan yang paling gampang mendapatkan hasil langsung adalah dengan menambang belerang.
"Kan langsung dijual kepada pengepul di pabrik. Jadi langsung dapat uang mas," ujar Hasan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.