BANGKALAN, KOMPAS.com - Mohammad Nasib (37) tak bisa menyembunyikan kesedihan lantaran putra bungsunya BT (16) tewas diduga dianiaya oleh senior di pondok pesantren di Kecamatan Geger, Bangkalan, Jawa Timur.
Padahal, BT masih terbilang siswa baru di pondok pesantren tersebut. Dia masuk pada Agustus 2022.
Namun pada Selasa (7/3/2023), Nasib justru mendapatkan kabar duka bahwa anaknya tewas dengan luka lebam di sejumlah bagian tubuh.
"Anak saya disia-siakan seperti ini, saya enggak rela, saya memasukkan anak saya ke pondok bukan untuk dibunuh," katanya sembari mengusap air mata, saat ditemui di rumahnya, Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis, Bangkalan, Kamis (9/3/2023).
Baca juga: Santri Dikeroyok hingga Tewas di Bangkalan, Pihak Ponpes: Terjadi pada Waktu Istirahat
Nasib terkenang kembali cita-cita BT saat menguburkan jenazah putranya tersebut.
Menurutnya BT sangat ingin menjadi penghafal Al Quran.
"Cita-citanya anak saya ingin jadi penghafal Quran, cuma sekarang sudah hilang, karena anak saya sudah tak ada," ungkap Mohammad Nasib.
Menurut Nasib, anak keduanya tersebut tertutup dan tak ingin orangtuanya tahu ketika sedang ada persoalan. Termasuk persoalan yang sedang dialami di pondok pesantren.
"Dia cukup diam, dan dia memang bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Bukan yang lari apalagi menghindar dari masalah," papar Nasib.
Baca juga: Santri Tewas Diduga Dikeroyok Senior di Bangkalan, Polisi Sebut Ada Luka Lebam di Dada dan Punggung
Nasib, mengaku sangat tidak habis pikir, anaknya dianiaya lantaran tuduhan pencurian.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.