Namun presiden keempat itu menanggapi berbeda terhadap karya Kiai Adnan. Setelah membaca syair Uhudiyah karangan Kiai Adnan, Gus Dur yang juga seorang ahli bahasa langsung menyetujuinya.
Kiai Adnan pun kemudian pulang dan langsung menulis ulang rancangan syair selawat Uhudiyah yang telah mendapatkan persetujuan dari Gus Dur.
Selawat Uhudiyah yang berjumlah 22 bait syair berbahasa arab ini berisi selawat dan salam yang dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dilanjutkan dengan tawasul (mendekatkan diri dengan perantara) kepada para pejuang perang uhud, Nahdlatul Ulama dan para kiai pendiri NU.
"Dalam tradisi NU diyakini boleh tawasul kepada nabi maupun orang sholeh. Tawasul ini diyakini bisa melancarkan doa kita agar segera dikabulkan oleh Allah," jelas Gus Wadud.
Selain itu, selawat Uhudiyah juga menceritakan kondisi karut-marutnya perang uhud untuk dijadikan peringatan bagi kaum muslim.
Gus Wadud menuturkan, ada beberapa pesan yang ingin disampaikan Kiai Adnan dalam karya sastranya yakni, kesulitan pasti akan mendatangi seseorang yang sedang berjuang.
Sehingga, syair ini berpesan agar manusia tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan yang mengadang.
Baca juga: Puncak Resepsi 1 Abad NU di Sidoarjo Digelar 24 Jam Nonstop
Selain itu, masuknya panglima Quraisy, Kholid bin Walid yang mengalahkan pasukan muslim saat perang uhud ke Islam, menurut Gus Wadud, menjadi isyarat bahwa di balik sebuah kekalahan ada kemenangan yang tidak diketahui di kemudian hari.
"Namanya perjuangan itu pasti banyak menghadapi kesulitan. Kadang-kadang dalam perjuangan NU itu sepertinya kalah tapi di balik itu ada kemenangan yang kita tidak tahu," tutur Gus Wadud.
Gus Wadud menceritakan, Kiai Adnan Syarif memiliki kelebihan dalam menghafalkan sebuah tulisan secara tekstual.
Kelebihan itu, ternyata nyaris membuat Kiai Adnan dikeluarkan (DO) dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud di Riyadh, Saudi Arabia.
Kala itu, Kiai Adnan muda dianggap mencontek saat ujian lantaran jawaban yang dituliskannya di lembar ujian persis seperti yang tertera di kitab sampai ke bagian detail seperti titik dan koma.
Kiai Adnan lantas mengelak dan meminta ujian ulang secara pribadi dengan dosennya di ruangan dan soal yang berbeda.
Baca juga: Lestarikan Tradisi NU, Ribuan Warga Salatiga Ikut Jalan Sehat Bersarung
Lagi-lagi, Kiai Adnan mampu menuliskan seluruh jawaban dalam soal ujian persis dengan kitab yang tengah dipelajari. Sang dosen pun langsung mengakui kealiman Kiai Adnan.