KOMPAS.com - AP, bocah perempuan berusia 6 tahun di Surabaya, Jawa Timur tewas secara tragis di tangan ibu kandungnya, U (32).
Sebelum tewas, AP dianiaya ibunya sendiri dan juga LB (18), teman sang ibu.
U mengaku ia kerap menganiaya korban sejak masih berusia 4 tahun. Penganiayaan semakin sering setelah korban kerap menolak perintah dari U dan juga LB.
Menurut U ia menganiatya anaknya karena korban kerap menangis dan juga lambat saat diperintah.
"Sering memukul karena saat diperintah untuk membeli sesuatu, tidak sesuai yang diperintahkan. Ketika diperintah untuk mengambilkan suatu barang, sering nangis dan sangat lambat," ujar U.
Baca juga: Ibu di Surabaya yang Aniaya Anak hingga Meninggal Dunia Ditetapkan Tersangka
Emosi U kian bertambah, lantaran mendapat omongan tak pantas dari tetangganya, yang menyebut kalau AP adalah anak haram.
Menurut U, AP adalah anak bersama suami sirinya yang telah meninggal dunia. Hanya saja keluarga tak merestui hubungan asmara mereka.
Seharu-hari U bekerja sebagai pengamen dan kerap mengajak anaknya.
"Saya pukul di bagian belakang lengan. Ada potongan kayu saya pakai buat mukul. Saya penuh emosi waktu itu. Sehari harinya, bekerja sebagai pengamen sama anak saya di Mangga Dua," bebernya.
Sementara itu, ketika ditanya alasan ikut menganiaya AP, LB mengaku tak kuasa menahan amarahnya lantaran pernah menerima umpatan langsung dari korban.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.