Sementara itu, ayah korban, Edi Subandi mengatakan, anaknya kerap dianiaya oleh terduga pelaku sejak duduk di kelas I.
"Motifnya pemalakan. Jadi (uang) saku anak saya itu kan Rp 6.000 per hari. Kemudian diminta oleh kakak kelasnya itu Rp 5.000. Jadi yang dibuat jajan tinggal Rp 1.000," terangnya saat ditemui di Polres Malang, Rabu.
Saat kejadian terakhir, korban sedang pemulihan dari penyakit tifus yang dialaminya selama 10 hari terakhir. Korban terpaksa masuk sekolah karena sudah lama libur sekolah.
"Hari itu, anak saya terlambat pulang. Kemudian beberapa waktu kemudian diantar oleh seorang kakek pencari rumput," ujarnya.
Tiba di rumah, korban bercerita baru saja dianiaya kakak kelasnya.
"Menurut pengakuan anak saya, pada saat di parkiran itu ia diseret tiga atau empat anak, kita kurang jelas, yang jelas diseret ke Bendungan Sengguruh yang ada di depan sekolah. Dianiaya di situ. Ditendang kepalanya, dadanya, sempat sesak nafas," ujarnya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 23 November 2022: Pagi Cerah Berawan dan Sore Hujan Petir
Pada keesokan harinya atau Sabtu (12/11/2022), korban tak masuk sekolah karena mengalami muntah-muntah. Korban juga mengeluh kepalanya pusing.
"Saat itu saya berpikir mungkin tifusnya kambuh. Kami bawa ke bidan langganan, dua hari kemudian agak mereda, tapi masih pusing," ujarnya.
Namun, tiga hari kemudian, pusing yang diderita korban tak kunjung sembuh.
"Disertai kejang," imbuhnya.
Atas peristiwa yang dialami putranya, Edi melapor ke Polres Malang pada Selasa (22/11/2022).
"Sudah, kemarin kita putuskan lapor ke polisi. Karena sudah fatal, jadi banyak keluarga, termasuk kita tidak menerima," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.