SURABAYA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto beberapa kali menyindir Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, saat berkunjung ke Surabaya beberapa hari terakhir.
Berdasarkan catatan Kompas.com, pada 15 Oktober 2022, Hasto mengaku mendapat keluhan dari beberapa kepala daerah yang diusung PDI-Perjuangan di Jawa Timur.
Baca juga: Gelar Pertemuan Tertutup bersama Khofifah dan Eri Cahyadi, Hasto: Bahas Agenda Strategis
Saat itu, Hasto menyebut kepala daerah yang diusung PDI-Perjuangan di Jawa Timur mengalami hambatan kultural saat berkomunikasi dengan wakil gubernur.
Hasto menyebut, pola komunikasi Wagub Jatim Emil Dardak berbeda dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Komunikasi kepala daerah dengan gubernur, kata dia, berjalan baik dan cepat.
Hasto kembali menyindir Wagub Jatim Emil Dardak saat berada di Rumah Padat Karya Surabaya, Rabu (9/11/2022).
Awalnya, pewarta menanyakan kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa kepada Hasto. Setelah mendapat jawaban, pewarta bertanya tentang Wagub Jatim Emil Dardak.
"Siapa (Emil Dardak)? Saya tidak kenal," kata Hasto sambil tertawa.
Emil Dardak yang dikonfirmasi perihal sindiran itu mengaku tak terlalu mempermasalahkannya. Emil memilih berpikir positif.
"Saya berusaha menyikapi segala sesuatunya dengan pikiran positif," kata Emil saat dikonfirmasi, Jumat (11/11/2022).
Emil menyebut, Hasto merupakan salah satu elite partai yang dihormatinya.
"Saya selalu menghormati beliau (Hasto)," ucapnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Ahmad Zainul Hamdi menilai, ada kepentingan politik di balik sindiran Hasto.
"Statement Hasto juga perlu dibaca sebagai clue posisi PDI-Perjuangan menghadapi momentum politik Pilgub atau Pilpres 2024," katanya.
Apalagi, kata Ahmad, hubungan Partai Demokrat dan PDI-Perjuangan belum membaik.
Baca juga: Demokrat 3 Besar dalam Survei Litbang Kompas, Emil Dardak: Terasa di Akar Rumput
Dalam konteks politik, komunikasi antara Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak memang tak bisa dinilai secara obyektif.
"Bagi sebagian, Emil lebih baik daripada Khofifah. Tapi bagi yang lain bisa sebaliknya," terang pria yang juga menjabat Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.