Sebab, jika harus menunggu, dia mengaku akan kemalaman sampai rumah. Pasalnya, menurut Sidqin, banjir lahar ini biasanya bisa berlangsung hingga dua jam.
"Pulang kerja dari Senduro, sepertinya saya lewat Kletek saja, karena ini pasti lama, bisa kemaleman sampai rumah," kata Sidqin di Lumajang.
Sementara, Yayan, warga setempat mengatakan, dalam sepekan terakhir, banjir lahar telah terjadi lebih dari tiga kali karena intensitas hujan yang cukup tinggi.
"Ini kan jalur limpas alternatif jadi kita enggak bisa lewat karena banjirnya masih besar, pekan ini sering karena hujan di gunung agak sering, jadi kalau sudah gini kita harus nunggu atau cari jalan alternatif lain,” terang Yayan.
Baca juga: Mengenal Gunung Semeru, Gunung Tertinggi di Pulau Jawa yang Konon Merupakan “Paku Bumi” Tanah Jawa
Selain menerjang aliran sungai Besuk Sat di Kecamatan Pasrujambe, banjir lahar juga menerjang tiga sungai lain yang berhulu ke gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
Sungai yang dimaksud adalah Sungai Kali Lanang dan Sungai Curah Kobokan di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo dan Sungai Glidik di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo.
Terpisah, Kalaksa BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengimbau warga untuk tidak berada di sekitar sungai yang berhulu ke Gunung Semeru saat cuaca hujan.
Sebab, banjir lahar berpotensi terjadi. Selain itu, status Gunung Semeru yang masih level III siaga juga berpotensi melontarkan material berupa batu dan kerikil.
"Kami imbau warga untuk tidak berada di sekitar sungai, apalagi kalau di atas hujan, karena pasti akan ada banjir lahar, selain itu lontaran batu bisa saja terjadi, jadi mohon untuk tetap waspada," pungkas Patria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.