Bahkan untuk proses pewarnaan, yang biasanya dikerjakan anak buahnya, saat itu dikerjakannya sendiri. "Proses yang sentral, saya yang pegang sendiri," ujarnya.
Bahkan selama pengerjaan itu, dia memohon kepada pekerjanya untuk tidak mengambil jatah libur hingga pekerjaan tuntas.
"Sebab saya sendiri deg-degan. Tidurnya sampai malam, jam 1, untuk memastikan semua berjalan lancar," lanjutnya.
Kata Erwin, Wignyo yang mulanya hanya terhubung melalui ponsel, akhirnya berkesempatan datang melihat langsung ke tempat usahanya.
"Saat itu kebetulan beliau tengah mengisi pelatihan di BI Kediri, sekaligus mampir ke sini. Saat itu sudah ada beberapa potong kain yang jadi," ungkapnya.
Dirasa aman, pengerjaan terus dilanjutkan dan dengan segala daya upayanya agar selesai tepat waktu.
Baca juga: Suguhan Tenun Ikat dalam Rancangan Busana Modern Oscar Lawalata
Selama pengerjaan itu tidak berarti semuanya berjalan mulus. Menurut Erwin, kendala pertama yang datang adalah ketersediaan benang.
Itu terjadi saat dia baru saja mulai mengerjakan, ternyata stok benang menipis. Bahkan itu terjadi di tingkat distributor benang di Surabaya.
" Akhirnya saya minta bantuan ke temen-temen perajin lainnya, dan bisa teratasi," ungkapnya.
Kendala selanjutnya adalah perihal cuaca yang tidak menentu. Padahal untuk pengeringan benang yang telah diwarnai, membutuhkan sinar matahari.
Atas keuletannya, Erwin akhirnya bisa bernafas lega. Dia berhasil mengumpulkan 110 potong kain sesuai waktu yang disediakan.
Selain kualitas wahid, potongan kain tersebut juga berbeda. Jika pada umumnya sebidang kain bisa menjadi enam potong, kali ini hanya untuk empat potong saja.
"Ukurannya 2,5 meter. Dan semuanya berhasil kami kirimkan ke Jakarta," ungkapnya.
Baca juga: Oleh-oleh Khas NTT, Kain Tenun Ikat yang Bisa Dibawa Pulang dari Labuan Bajo
Erwin menyadari pencapaiannya itu tidak serta merta diraihnya sendiri. Ada campur tangan berbagai pihak sehingga usahanya bisa dikenal.
Pria tiga anak ini menuturkan, keluarganya memang turun temurun dalam usaha kain tenun ikat. Pekerjaan yang juga dilakukan beberapa tetangganya, sehingga wilayah Bandar Kidul dikenal sebagai sentra tenun ikat Kota Kediri.