Sementara itu, lanjut Devi, anak keduanya Naila, pada Sabtu siang itu, beberapa kali mengganggu dirinya.
“Sangat ngalem [manja], ganggu terus, telepon terus, lalu dimatikan. Suruh saya telepon lagi, sampai delapan kali. Dia minta dijemput pulang sekolah oleh bapak saya, ngalem sekali dan kata bapak taruh sepatu di leher bapak saya,” kata Devi.
Kemudian Devi melanjutkan pekerjannya untuk mengantarkan tebu dari Situbondo ke Malang.
Di perjalanan, dia merasa gelisah. "Seperti ada orang di mobil, tapi tidak ada," kata dia. Devi tiba di rumahnya sekitar pukul 11 malam.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Ratusan Suporter Sumedang Gelar Aksi Solidaritas
Saat itu, seorang teman dari komunitas pendukung Aremania “Curvanord”, meneleponnya.
Teman itu mengatakan, Natasha telah meninggal dunia dan berada di Rumah Sakit Wava Husada Malang.
Lalu Devi mengajak kedua orang tuanya dan kakaknya ke RS.
“Hancur [saya melihat kondisi anak]. Natasha tergeletak. Saya pukul semua, saya tidak percaya anak saya meninggal dunia. Saya peluk lagi, berontak lagi,” katanya.
Lalu Devi menelepon ponsel milik anaknya, Naila, dan mantan istrinya, Gebi, sekitar pukul 01:30-an. Namun tidak ada jawaban.
Ternyata Gebi dan Naila juga tewas dalam tragedi Stadion Kanjuruhan. Mereka berada di RS yang sama.
Baca juga: Kapolri: Sebagian Besar Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Alami Asfiksia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.