Sementara orang di bawahnya berkata, ‘Mas bisa agak longgaran sedikit?’.
Saya jawab, ‘Wah tidak bisa mas, di belakang tambah parah. Saya buat gerak badan saja tidak bisa’,” paparkan menirukan percakapan saat itu.
Ketika berdesakan, gas air mata membuat mata Aulia perih dan tidak bisa bernafas.
"Rasanya saat itu seperti nafas di air, susah. Sedetik nafas, ambilnya [udara] sakit. Saya pasrah, kalau mati di sini tak apa-apa,” kenangnya.
Di lantai datar tangga menuju pintu keluar stadion, para penonton berjatuhan dan saling menimpa. Aulia semakin terdesak hingga akhirnya jatuh tengkurap dan tertumpuk di antara orang-orang.
”Saya tengkurap, masih sadar, banyak orang injak-injak di atas saya,” katanya.
“Tambah banyak, ratusan yang tertumpuk di situ,” katanya.
”Saat itu saya masih sadar, di bawah saya ada orang, di bawah ada lagi, dan lagi. Saya lihat yang paling bawah [tumpukan] sepertinya sudah meninggal, pucat mukanya, anak remaja,” ujar Aulia.
Setelah kejadian itu, Aulia pingsan.
Baca juga: Dirut PT LIB Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Lalai Tak Verifikasi Stadion
Kesadarannya berangsur pulih ketika pipi kanannya ditampar oleh orang yang mengenakan seragam tentara dan diberikan minum.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.