Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Penyintas Tragedi Kanjuruhan, Aulia Jatuh Tengkurap, Terinjak di Tumpukan Manusia hingga Pingsan

Kompas.com - 07/10/2022, 09:59 WIB
Rachmawati

Editor

“Pas turun saya kira cuma turun biasa, tidak tahunya banyak yang turun. Ibu-ibu kan baru pertama kali merasakan gas air mata, mereka panik ingin cepat-cepat keluar stadion, desak-desakan,“ katanya.

Aulia mengenang saat di lantai datar tangga itu, para penonton berjatuhan dan saling menimpa.

“Pas [pada bagian] datar ada yang jatuh, lalu ketimpa dari atas dan macet di situ. Padahal ke bawahnya ke tangga tidak ada apa-apa. Jadi menumpuk di tengah.“

Aulia yang berada di tangga atas semakin terdorong ke arah tumpukan.

Baca juga: Ketua Panpel Arema FC Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Jual Tiket Melebihi Kapasitas Stadion

Sementara orang di bawahnya berkata, ‘Mas bisa agak longgaran sedikit?’.

Saya jawab, ‘Wah tidak bisa mas, di belakang tambah parah. Saya buat gerak badan saja tidak bisa’,” paparkan menirukan percakapan saat itu.

Ketika berdesakan, gas air mata membuat mata Aulia perih dan tidak bisa bernafas.

"Rasanya saat itu seperti nafas di air, susah. Sedetik nafas, ambilnya [udara] sakit. Saya pasrah, kalau mati di sini tak apa-apa,” kenangnya.

Jatuh tengkurap, terinjak, dan tertumpuk, lalu pingsan

Di lantai datar tangga menuju pintu keluar stadion, para penonton berjatuhan dan saling menimpa. Aulia semakin terdesak hingga akhirnya jatuh tengkurap dan tertumpuk di antara orang-orang.

”Saya tengkurap, masih sadar, banyak orang injak-injak di atas saya,” katanya.

“Tambah banyak, ratusan yang tertumpuk di situ,” katanya.

”Saat itu saya masih sadar, di bawah saya ada orang, di bawah ada lagi, dan lagi. Saya lihat yang paling bawah [tumpukan] sepertinya sudah meninggal, pucat mukanya, anak remaja,” ujar Aulia.

Setelah kejadian itu, Aulia pingsan.

Baca juga: Dirut PT LIB Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Lalai Tak Verifikasi Stadion

Kesadarannya berangsur pulih ketika pipi kanannya ditampar oleh orang yang mengenakan seragam tentara dan diberikan minum.

Ia pun merasakan seseorang mengoleskan pasta gigi di bawah kelopak matanya.

Aulia mencoba bernafas perlahan dan membuka mata. Dia menyadari telah berada di ruangan teras VIP.

“Lalu datang seorang teman bilang, ‘Ini Yayak? Kamu ora popo? [kamu tidak apa-apa?]’. Saya jawab, ‘Sikilku ra iso gerak’ [Kakiku tidak bisa bergerak],” tuturnya menirukan percakapan kala itu.

Aulia merasa kakinya sakit karena tertimpa dan terinjak-injak. Aulia lalu menoleh ke kiri dan kanan. Ia melihat banyak orang terbaring di sebelahnya

“Banyak mayat, saya tidak kuat, sedih. Saya minta teman tolong keluarin dari sini. Saya dipanggul ke luar stadion dan dibawa ke tempat kopi,“ ujarnya.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Anggota Polisi yang Perintahkan Tembak Gas Air Mata

Aulia lantas menghubungi orang tuanya dan dijemput untuk kemudian dibawa ke tempat pijat.

“Saat orang tua jemput, mereka bersyukur karena saya masih hidup. Mereka tidak marah. Soalnya di kampung cuma saya yang belum ketemu, teman lain sudah di rumah,“ ujarnya.

Pada akhir pembicaraan, Aulia mengaku tidak mengerti mengapa aparat keamanan menembakkan gas air mata, khususnya ke tribun ekonomi.

“Kan tidak ada yang salah di tribun? Perasaan saya campur aduk, trauma. Banyak yang meninggal, kok bisa seperti ini terjadi? Sebelumnya tidak pernah,” tuturnya.

Baca juga: Ditetapkan Jadi Tersangka di Tragedi Kanjuruhan, Dirut LIB Buka Suara

‘Dua anakku meninggal'

Devi Athok Yulfitri, 43 tahun, kehilangan dua putrinya, Natasha Debi dan Naila Debi, serta mantan istrinya Gebi Asta Putri. Mereka tewas di Tribun Selatan, Stadion Kanjuruhan.

Di rumahnya di Malang, Devi menunjukkan komunikasi terakhir melalui Whatsapp dengan putrinya, Natasha.

Sunlilu [panggilan kesayangan untuk Natasha]: “Ayah ndelo [menonton] Arema?”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Surabaya
Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Surabaya
Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Surabaya
Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Surabaya
978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

Surabaya
Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Surabaya
Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Surabaya
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com