Sesampainya di ruang tersebut, ia mengira hanya ada hitungan jari orang-orang yang terkapar tak bergerak di sana.
Namun setelah ia mencoba melongok ke beberapa sudut area di dalam ruang tersebut, jumlah suporter yang terkapar tak bergerak berjumlah lebih dari hitungan jemari kedua tangannya.
Para korban itu, dibaringkan sejajar memenuhi ruangan.
Baca juga: 33 Anak Meninggal Saat Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Usia 4 Tahun
"Kemudian saya minta tolong mengangkat Jenazah ke ruang VIP. Setelah tiba di VIP saya pikir jenazah hanya 4 (korban), ternyata di situ sudah ada 3, (yakni) 1 polisi, 2 jenazah perempuan, saya pikir hanya 7, lalu saya keliling di daerah tribun itu, innalillahi wainnailaihi raji'un, di musala VIP jenazah kayak 'pindang'," kata dia seraya mengusap air matanya.
Dari kengerian itu, Dadang secara tegas menyebut melontarkan gas air mata di tengah tribun yang masih penuh dengan suporter wanita dan anak-anak itu merupakan aksi berlebihan yang dilakukan oleh aparat.
"Dan apa yang dilakukan kepolisian, saya kira sepakat, itu sangat berlebihan, sangat berlebihan. Sudah, Aremania itu suporter yang ngerti dan cerdas, cukup dibilangi, gak perlu dikasih kekerasan dan tembakan gas air mata," ungkap dia.
Selain itu, Dadang juga menyayangkan pihak penanggung jawab stadion tidak membuka semua pintu stadion, pada saat laga tersebut usai.
"Yang saya sayangkan, stadion Kanjuruhan, tidak berbenah setelah peristiwa Persib dulu yang hanya 1 korban meninggal dunia, itu pun di RS, warga Kepuh. Kenapa tidak. Membuat jalur evakuasi," tegasnya.
"Kedua, kenapa pintu itu ditutup, apakah memang sudah ada rencana untuk pembunuhan massal. Saya juga meminta PSSI PT LIB, saya juga sudah memiliki bukti, pihak panpel sudah punya surat permohonan perubahan jam tayang, jawaban PT LIB, jam pertandingan tetap 20.00 padahal itu pertandingan sangat rawan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Kisah Memilukan Tragedi Arema: PNS Gendong Korban Hingga Tewas, Istri Kehilangan Suami dan Anak
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.