Aksi suporter direspon lain oleh aparat yang berjaga. Kerumunan ratusan aparat yang semula berada di sudut-sudut gelap pinggiran stadion bergerak gegap-gempita mengejar setiap suporter yang telah menjadi sasaran mereka.
Dadang mengaku, kengerian sesungguhnya adalah ketika bola pelontar gas air mata tiba-tiba jatuh di tengah kerumunan ratusan suporter di tribun 13.
Baca juga: Gelar Doa Bersama Tragedi Kanjuruhan, Suporter di Purworejo Sepakat Ikrar Damai
Seingatnya, aparat menembakkan pelontar gas air mata sebanyak tiga kali di area tribun yang berbeda, namun dalam jarak yang nyaris berdekatan.
Terpaksa ia bersama temannya asal Lampung itu, berupaya membelah kepungan kabut asap putih bebal nan beracun itu.
Memanfaatkan jaket yang disingkapnya menjadi penutup kepala, sebuah teknik menyelamatkan diri dari paparan gas air mata semasa dirinya menjadi demonstran saat kuliah, Dadang akhirnya mampu menyibak kepulan gas tersebut.
Kemudian ia menuju ke pintu keluar lain yang melalui tangga di tribun 14, bersebelahan dengan Tribun VIP.
Setelah berhasil keluar, ia malah disuguhkan pemandangan yang mengiris hati.
"Setelah tembakan ke-3, dan asap agak tipis, asap agak reda, saya mencari pintu di sebelah VIP, di tribun 14, begitu saya keluar, ya Allah, teman-teman saya sudah bergeletakkan. Saya menemukan satu korban, kebetulan itu teman saya, biasa guyonan ngopi mangan bakso, sudah tidak bergerak, meninggal dunia," ungkapnya seraya terisak.
Melihat kengerian itu, ia berupa menyelamatkan beberapa orang lain yang sekarat terkapar tak berdaya.
Air mata Dadang jebol juga saat dirinya menceritakan bagaimana pilunya saat berusaha mencari dan menolong setiap orang yang terkapar di sana.
Dadang berusaha mengevakuasi seorang korban yang semula dikiranya masih hidup.
Ternyata ia salah. Korban yang ditolongnya sedang sekarat dan saking parahnya, sebelum tiba di area terbuka, korban sudah tak bergerak.
Baca juga: Menit-menit Mematikan di Stadion Kanjuruhan, Jeritan Penonton di Tengah Lautan Asap Gas Air Mata
"Hanya satu pintu, mereka berdempetan keluar, ada yang berdarah anak bojo, saya gendong dengan teman saya dari Lampung, sampai sakaratul maut atau meninggal di depan saya. Akhirnya saya letakkan jenazah itu, dan saya ke jenazah teman saya Dona itu, lalu mencari bantuan polisi. Dan di situ polisi ada yang membantu," tambahnya.
Dadang berupaya membawa setiap orang yang terkapar itu ke dalam ruangan VIP.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.