Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan PT LIB serta Panpel Tetap Gelar Laga Arema FC vs Persebaya pada Malam Hari

Kompas.com - 02/10/2022, 19:23 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Tragedi yang menewaskan 131 orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022), menjadi sorotan masyarakat global.

Berbagai pihak pun saling tuding saat publik meminta pertanggungjawaban atas peristiwa yang terjadi usai laga lanjutan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya.

Selain penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian, waktu pertandingan pun dinilai berkontribusi terhadap terjadinya kerusuhan tersebut.

Seperti diketahui, laga antara Arema FC vs Persebaya digelar pukul 20.00 WIB. Padahal, pihak kepolisian telah meminta kepada panitia pelaksana (Panpel) dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) agar pertandingan dimulai pukul 15.30 WIB.

Akan tetapi, permintaan Polres Malang melalui surat bernomor B 2156/IX/PAM 3.3/2022 tanggal 18 September 2022 yang ditandatangani Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat, ditolak oleh PT LIB dan Panpel pertandingan.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Tewaskan 131 Orang, IPW: Penggunaan Gas Air Mata di Stadion Jadi Sumber Malapetaka

PT LIB serta Panpel memutuskan untuk tetap menggelar laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) pukul 20.00 WIB.

Penjelasan PSSI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Yunus Nusi, mengungkapkan alasan PT LIB serta Panpel tetap menggelar pertandingan antara Arema FC vs Persebaya pada malam hari.

Dia mengatakan, PT LIB, Panpel, dan pihak kepolisian telah menyepakati beberapa syarat agar pertandingan tetap digelar sesuai jadwal semula.

"Salah satunya menyepakati untuk tidak menghadirkan suporter lawan ke stadion. Itu yang jadi rujukan Panpel dan PT LIB," kata Yunus, dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (2/10/2022).

Dengan kesepakatan tersebut, Yunus mengaku, jajarannya tak mengira akan terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

Baca juga: Manajer Arema FC Angkat Bicara Soal Tragedi Kanjuruhan: Kami Tidak Pikirkan Sanksi

Pasalnya, Yunus menambahkan, pihaknya mengira kericuhan hanya akan terjadi bila pendukung Persebaya, Bonek, datang ke Stadion Kanjuruhan, mengingat tak baiknya hubungan antara Aremania dengan supporter tim Bajul Ijo tersebut.

"Di mana letak kerusuhannya jika tidak ada rivalitas suporter, tidak ada pendukung Persebaya datang ke Malang, sehingga itu yang jadi kesepemahaman dan akhirnya dilaksanakan," ujar Yunus.

Yunus menjelaskan, kini PSSI serta pihak terkait lainnya tengah melakukan investigasi yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PSSI, Muhammad Iriawan, dengan melibatkan Eksekutif Komite (Exco), PT LIB, dan Komite Disiplin (Komdis).

"Ada dari tim dokter juga untuk melihat langsung di rumah sakit. Diperkirakan sore ini sudah ada di Malang, kita tunggu hasilnya," pungkasnya.

Baca juga: Sejarah Stadion Kanjuruhan, Saksi Bisu Tragedi Paling Mematikan dalam Sejarah Sepak Bola Indonesia

Pernyataan Menkopolhukam

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, juga telah mengungkapkan bahwa aparat keamanan telah meminta agar jadwal pertandingan digeser ke sore hari.

“Sebenarnya, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan. Misalnya, pertandingan agar dilaksanakan sore (bukan malam),” ujar Mahfud di akun Instagramnya, Minggu (2/10/2022).

Mahfud membeberkan, aparat keamanan juga telah meminta agar jumlah tiket disesuaikan dengan kapasitas Stadion Kanjuruhan, yakni 38.000 orang, namun usulan tersebut ditolak oleh PT LIB serta Panpel.

“Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Puncak Peringatan Hari Otoda di Surabaya

Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Puncak Peringatan Hari Otoda di Surabaya

Surabaya
1.370 Warga Blitar Terjangkit DBD dalam 4 Bulan Terakhir, 7 Meninggal

1.370 Warga Blitar Terjangkit DBD dalam 4 Bulan Terakhir, 7 Meninggal

Surabaya
Wartawan Trans Media Dipiting hingga Ditantang Duel oleh Oknum Satpam saat Meliput Kebakaran di GM Plaza Lumajang

Wartawan Trans Media Dipiting hingga Ditantang Duel oleh Oknum Satpam saat Meliput Kebakaran di GM Plaza Lumajang

Surabaya
Isa Bajaj Cabut Laporan Dugaan Kekerasan pada Anaknya

Isa Bajaj Cabut Laporan Dugaan Kekerasan pada Anaknya

Surabaya
Isa Bajaj Cabut Laporan Setelah Bertemu Dhimas yang Tak Sengaja Tabrak Anak Sang Komedian

Isa Bajaj Cabut Laporan Setelah Bertemu Dhimas yang Tak Sengaja Tabrak Anak Sang Komedian

Surabaya
Terkait Aksi Pasangan Mesum di Kota Malang, Polisi Minta Keterangan Pegawai Kedai Es Krim

Terkait Aksi Pasangan Mesum di Kota Malang, Polisi Minta Keterangan Pegawai Kedai Es Krim

Surabaya
Pelaku Pelecehan Payudara Berkeliaran di Kota Malang, Seorang Mahasiswi Nyaris Jadi Korban

Pelaku Pelecehan Payudara Berkeliaran di Kota Malang, Seorang Mahasiswi Nyaris Jadi Korban

Surabaya
Mobil Angkutan Siswa di Blitar Tabrakan Beruntun, 7 Orang Terluka

Mobil Angkutan Siswa di Blitar Tabrakan Beruntun, 7 Orang Terluka

Surabaya
Kakak Adik Buat Sabu di Rumah Kontrakan Pasuruan, Pelaku Berdalih Bisnis Kosmetik

Kakak Adik Buat Sabu di Rumah Kontrakan Pasuruan, Pelaku Berdalih Bisnis Kosmetik

Surabaya
Setelah 6 Jam, Kebakaran GM Plaza Lumajang Berhasil Dipadamkan

Setelah 6 Jam, Kebakaran GM Plaza Lumajang Berhasil Dipadamkan

Surabaya
PDI-P Beri Ruang Pertama untuk Petahana pada Pilkada Kabupaten Malang 2024

PDI-P Beri Ruang Pertama untuk Petahana pada Pilkada Kabupaten Malang 2024

Surabaya
Cerita di Balik Video Pertunangan Bocah 7 Tahun di Madura, Berawal dari Janji di Tanah Suci 8 Tahun Lalu

Cerita di Balik Video Pertunangan Bocah 7 Tahun di Madura, Berawal dari Janji di Tanah Suci 8 Tahun Lalu

Surabaya
Polisi Cabuli Anak Tiri Selama 4 Tahun, Nenek Korban: Hukum, Pecat, Tak Ada Ampun

Polisi Cabuli Anak Tiri Selama 4 Tahun, Nenek Korban: Hukum, Pecat, Tak Ada Ampun

Surabaya
Anak Anggota DPRD Surabaya Terseret Kasus Dugaan Penganiayaan, Bermula Kaca Mobilnya Dilempar Batu

Anak Anggota DPRD Surabaya Terseret Kasus Dugaan Penganiayaan, Bermula Kaca Mobilnya Dilempar Batu

Surabaya
Rumah Via Vallen di Sidoarjo Digeruduk Orang, Adik Diduga Tersangkut Kasus Gadai Motor

Rumah Via Vallen di Sidoarjo Digeruduk Orang, Adik Diduga Tersangkut Kasus Gadai Motor

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com