KOMPAS.com - Tragedi kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, menelan korban jiwa hingga ratusan.
Dugaan sementara jumlah korban tewas sebanyak 127 orang. Menurut Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta, para korban tewas diduga akibat usai napas karena gas air mata.
Tembakan gas air mata ke arah suporter itu, katanya, untuk menghalau suporter turun ke lapangan.
Baca juga: RSSA Identifikasi 17 Jenazah Korban Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan
"Sehingga, para suporter berlarian ke salah satu titik di pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," ungkapnya dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022) pagi.
Baca juga: Khofifah Sebut Korban Jiwa Kerusuhan di Kanjuruhan Bertambah Jadi 129 Orang
Hal itu dibenarkan oleh salah satu saksi bernama Dwi. Menurutnya, banyak korban tewas karena sesak napas usai aparat kepolisian menembakkan gas air mata.
Pasalnya, banyak korban yang berjatuhan lalu terinjak-injak suporter lain.
"Selain itu saya lihat ada banyak orang terinjak-injak, saat suporter berlarian akibat tembakan gas air mata," ungkap Dwi saat ditemui di Stadion Kanjuruhan, Sabtu.
Baca juga: Kerusuhan di Kanjuruhan, Tembakan Gas Air Mata yang Membuat Suporter Sesak Napas dan Terinjak
Melanggar FIFA
Seperti diberitakan sebelumnya, pemakaian gas air mata di stadion dilarang oleh federasi sepak bola internasional, FIFA.
Hal itu tertuang dalam FIFA Stadium Safety dan Security Regulations, tepatnya tertulis di pasal 19 b soal pengamanan di pinggir lapangan.
"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," tulis aturan FIFA.
Selain itu, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono, gas air mata yang sering digunakan yakni Chlorobenzalmalonitrile atau CS.
Kandungan ini akan memberi dampak nyeri dan berlangsung sekitar sekitar 1 jam hingga 5 jam jika tak segera diatasi.
"Senyawa CS ini yang berhubungan dengan reseptor syaraf yang menyebabkan rasa nyeri," jelas dia.
Kerusuhan terjadi saat Arema FC dikalahakan oleh Persebaya Surabaya di ajang Liga 1 2022-2023 dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
(Penulis : Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor : Andi Hartik, Mochamad Sadheli)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.