Ia lalu mengambil tas plastik warna putih yang di dalamnya berisi tiga buku tulis dibungkus dengan kertas koran lusuh yang tintanya mulai memudar.
"Hanya ini yang bisa saya selamatkan saat rumah di Temenggungan dihancurkan pada 30 September 1965. Saya punguti di antara buku-buku lain yang berserak. Waktu itu saya masih kelas IV atau V SD," kata dia dengan suara tertekan.
Baca juga: Kenapa Lagu Genjer-Genjer Dilarang?
Ia mengaku tidak habis pikir kenapa ayahnya dicap sebagai komunis.
"Bapak saya rajin beribadah. Bahasa Arabnya juga bagus. Dia beragama Islam yang taat," kata Arief.
Ketika membuka buku milik almarhum Muhammad Arief, Kompas.com menemukan lirik lagu Gendjer-gendjer dengan huruf warna merah. Di kanan atas terdapat gambar palu arit dan bertanggal 19 Juli 1965.
"Kalau yang itu bukan bapak yang nulis, tetapi temannya. Itu ditulis lagi, direpro. Kalau tulisan bapak yang asli di buku kecil, dilengkapi dengan notnya," ujar Syamsi.
Ia bercerita sejak peristiwa 30 September 1965, sang ayah menghilang dan keluarganya hidup menderita karena dicap sebagai keluarga PKI.
Baca juga: Makna Lirik Lagu Genjer-Genjer
Selain itu rumahnya yang ada di Temenggungan juga rusak parah karena dihancurkan massa.
Syamsi bersama sang ibu, Suyekti kemudian membakar buku buku bacaan 'kiri' milik sang ayah. Bersama sang ibu, Syamsi sempat menemui ayahnya yang ditahan.
Terakhir kali bertemu, sang ayah akan dipindahkan ke Kalibaru lalu pindah ditahan di Lowokwaru, Malang. Setelah itu keluarga tak mengetahui keberadaan Arief.
"Teman bapak yang cerita. Sampai saat ini saya tidak tahu bapak ada di mana. Dia tidak pernah kembali," kenang dia dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, ibunya, Suyekti, yang asli Jawa Tengah, memilih untuk tinggal di Banyuwangi di rumah warisan keluarga.
"Kasihan ibu saya. Stigma sebagai keluarga PKI membuat ia tertekan. Ibu meninggal pada tahun 1997. Sampai hari ini, sering ada yang melempari rumah menggunakan batu. Saya kepikiran untuk menjual rumah ini, dan pindah ke mana gitu. Capek dicap sebagai keluarga PKI," ujar dia.
Baca juga: Sejarah Panjang Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik Saat Krisis Pangan
Syamsi sendiri mengaku pernah diterima sebagai tentara pada tahun 1975. Namun, tanpa alasan yang jelas, namanya dicoret dari daftar. Kemungkinan besar, hal itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya.
"Semua orang sudah tahu kalau saya anaknya Pak Arief yang ngarang lagu 'Gendjer-gendjer'. Cukup saya saja, jangan bawa anak-anak saya," kata dia.