Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Menciptakan Lagu Genjer-genjer?

Kompas.com - 30/09/2022, 05:59 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gendjer-gendjer, nong kedokan pating keleler. Genjer-genjer, nong kedokan pating keleler. Ema'e thole teko-teko muputi genjer.

Ema'e thole teko-teko muputi genjer. Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh. Gendjer-gendjer saiki wis digowo mulih.

Lagu Genjer-genjer sempat populer di masa Orde Lama. Bahkan lagu tersebut booming setelah dinyanyikan oleh Bing Slamet dan Lilis Suryani serta kerap diputar di radio di era tahun 1960.

Lagu Genjer-genjer yang diidentikkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) diciptakan seorang seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur yakni Muhammad Arief.

Baca juga: Makna Lirik Lagu Genjer-Genjer

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada September 2014, Sinar Samsyi (61) membenarkan jika lagu tersebut diciptakan oleh sang ayah, Muhammad Arief pada tahun 1943 atau masih di masa penjajahan Jepang.

"Isinya tentang penderitaan masyarakat saat itu, yang harus makan genjer yang juga dijadikan makanan bebek. Ibu saya sering masak daun genjer karena memang saat itu bahan makanan tidak ada," ujar Sinar Syamsi kepada Kompas.com, Selasa (30/9/2014).

Ia bercerita saat masih kecil, rumahnya yang ada di Temenggungan, Kabupaten Banyuwangi dihancurkan massa pada 30 September 1965 dan ayahnya dicap sebagai komunis.

Sinar Samsyi yang saat itu masih duduk di bangku SD hanya bisa menyelamatkan buku ketika rumahnya rusak massa.

Baca juga: Kenapa Lagu Genjer-Genjer Dilarang?

"Hanya ini yang bisa saya selamatkan saat rumah di Temenggungan dihancurkan pada 30 September 1965. Saya punguti di antara buku-buku lain yang berserak. Waktu itu saya masih kelas IV atau V SD," katanya dengan suara tertekan.

"Bapak saya rajin beribadah. Bahasa Arabnya juga bagus. Dia beragama Islam yang taat," kata dia.

Menurut Sinar Syamsi, ayahnya adalah seorang petani yang suka memainkan musik tradisional khas Banyuwangi, angklung.

Sang ayah juga kerap menciptakan lagu dengan bahasa daerah Using Banyuwangi. Sebagian lagu yang ditulis Muhammad Arief menceritakan kehidupan masyarakat Banyuwangi.

"Ada ratusan lagu bapak yang ditulis di buku situ. Ada yang bahasa Indonesia, ada yang bahasa Osing. Kalau yang lain saya sudah tidak tahu," katanya sambil membuka buku milik ayahnya.

Baca juga: Sejarah Panjang Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik Saat Krisis Pangan

Dalam buku tersebut terdapat judul-judul lagu yang dilengkapi dengan not antara lain lagu Indonesia Merdeka, Ater-ater, Selendang Kawung, Adonan Sumping Glempangan, Gunung Saren, Kanti Repen, Dermo, Larang Picis dan Sekar Mawar.

"Semuanya bapak yang mengarang," jelas dia.

Saat Indonesia merdeka, menurut Syamsi, sang ayah bergabung dengan organisasi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) yang dipimpin oleh Amir Sjarifudin.

Arief lalu pindah ke Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) pada tahun 1950 dan menjabat sebagai Ketua Bidang Kesenian.

Lalu pada tahun 1955, Arief diangkat sebagai anggota DPRD sebagai wakil dari seniman.

Ia bercerita saat rumahnya dihancurkan massa, sang ayah baru lima hari di Banyuwangi setelah mengurus visa untuk bermain musim di Negara republik Rakyat China.

Baca juga: Asal Usur Sayur Genjer, Penyelamat Krisis Pangan Era 1930-an

Malam hari sebelum kejadian, sang ayah bercerita jika ia mendengar kabar dari radio ada pembunuhan besar-besaran di Jakarta.

Ternyata keesokan harinya, rumah yang keluarga Arief dihancurkan massa.

"Saat lewat depan rumah, massa langsung masuk ke dalam. Saya sama ibu melarikan diri," ujarnya.

Dirikan grup Sri Muda

Syamsi kembali menceritakan saat bergabung dengan Lekra, sang ayah mendirikan grup Sri Muda yakni singkatan dari Seni Rakyat Indoneisa Muda.

Mereka berlatih musik di rumah Arif yang ada di Desa Temenggungan. Dari grup Sri Muda, lagu Genjer-genjer makin dikenal.

Bersama grup Sri Muda, Arief kerap tampil di acara-acara yang digelar PKI speerti di Surabaya, Semarang hingga Jakarta.

Salah satu lagu yang dimainkan adalah Genjer-genjer. Hingga akhirnya lagu tersebut direkam di Irama Record Jakarta dan menjadi lagu populer di masanya.

Baca juga: Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik yang Jadi Berdosa

Menurut Syamsi, setelah lagu Genjer-genjer populer, ayahnya kerap menerima pesanan lagu dari Njoto salah satu pejabat Lekra yang sempat singgah di Banyuwangi pada tahun 1962.

"Pak Njoto saat itu mau ke Bali dan mendengarkan lagu Gendjer-gendjer. Ada beberapa lagu lain yang dibuat bapak, yang berkaitan dengan PKI, seperti Ganefo, 1 Mei, Mars Lekra,'Harian Rakyat, dan Proklamasi Ada semua di buku itu," ujarnya.

Ketika membuka buku milik almarhum Muhammad Arief, Kompas.com menemukan lirik lagu Gendjer-gendjer dengan huruf warna merah.

Di kanan atas terdapat gambar palu arit, lambang PKI saat itu dengan tulisan bertanggal 19 Juli 1965.

"Kalau yang itu bukan bapak yang nulis, tetapi temannya. Itu ditulis lagi, direpro. Kalau tulisan bapak yang asli di buku kecil, dilengkapi dengan notnya," ujar Syamsi.

SUMBER: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oknum Perwira Polisi di Banyuwangi Positif Narkoba, Jabatannya Dicopot

Oknum Perwira Polisi di Banyuwangi Positif Narkoba, Jabatannya Dicopot

Surabaya
Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Surabaya
Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Surabaya
Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Surabaya
Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Surabaya
978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

Surabaya
Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Surabaya
Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com