Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Renung Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Renung Rubiyataji mengatakan, sudah sekitar 250 warga yang menerima manfaat kompor alternatif itu.
Ia menceritakan, gas metana itu dihasilkan dari tumpukan sampah TPA Talangagung melalui proses pemurnian.
"Gas metana ini dihasilkan dari penanaman pipa plastik ke dalam tumpukan sampah TPA Talangagung. Kemudian di sedot menggunakan blower," ungkapnya saat ditemui, Kamis.
Namun, Renung menjelaskan, penyedotan itu tidak hanya menghasilkan kandungan gas metana. Namun juga Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Okside (NOX), dan Sulfur Dioksida (SOX).
Baca juga: Gas Metana Menyebur Setinggi 60 Meter dari Sumur Warga di Balikpapan
"Nah, beberapa kandungan itu kami saring menggunakan reaktor pemurnian gas metana, sehingga yang keluar dan terdistribusi hanya gas metana yang mengalir ke setiap rumah warga tersebut," ujarnya.
"Gas metana ini berasal dari sampah non organik. Pemanfaatan semacam ini bagus untuk lingkungan. Sebab, apabila dibiarkan menguap akan menimbulkan udara tidak sehat dan akan mempengaruhi perubahan iklim," ujarnya.
"Gas metana ini kan mengandung CO2. Sehingga jika dibiarkan lolos akan mencemari udara," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.