MALANG, KOMPAS.com - Di tengah wacana pemerintah mengonversi kompor elpiji ke listrik, sejumlah warga Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, telah menggunakan kompor yang jauh lebih hemat.
Mereka menggunakan kompor dengan energi alternatif, gas metana (CH4), yang dihasilkan dari tumpukan sampah tempat pemrosesan akhir (TPA) Talangagung, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Salah satu warga setempat, Nur Azizah mengatakan, warga biasa memakai kompor gas metana itu untuk memasak makanan sehari-hari.
Nur telah menggunakan kompor itu sejak 2019. Kompor itu, kata dia, diberikan gratis oleh pengelola TPA Talangagung.
"Alhamdulillah, sejak 2019 lalu kami diberikan fasilitas semacam ini oleh pemerintah Kabupaten Malang. Sangat bermanfaat sekali," ungkapnya saat ditemui, Kamis (22/9/2022).
Baca juga: Metana Dapat Jadi Tanda Kehidupan di Luar Bumi yang Bisa Dideteksi, Studi Jelaskan
Selama ini, Nur mengaku tidak pernah ada kendala signifikan dalam penggunaan kompor itu. Hanya saja, saat hujan kompor itu tidak berfungsi.
"Kalau hujan deras tidak bisa menyala. Sebagai antisipasinya kami menyediakan kompor khusus menggunakan gas elpiji," jelasnya.
Nur mengaku, penggunaan kompor dengan bahan bakar gas metana itu tak memakan biaya apa pun. Ia tak mengeluarkan uang untuk instalasi atau biaya per bulan.
"Tidak ada biaya apa pun. Instalasi maupun iuran per bulannya," tegasnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.