Kegiatan itu dilakukan pada malam hari, karena pagi hingga sore ada kegiatan kuliah di kampus.
Menurutnya, adiknya mau bercerita setelah dipaksa.
Sang adik mengaku ada kegiatan yang dilakukan mulai pukul 20.00 WIB hingga dini hari.
Kegiatan Ospek tidak digelar di kampus, namun di luar seperti di kafe yang ada di sekitar kampus.
Baca juga: Wajibkan ASN Pakai Sepeda ke Kantor, Bupati Jember: Minimal Sekali Seminggu...
Arif menyebutkan, tugas yang diberikan pada Maba dinilai tidak masuk akal. Seperti mencari tanda tangan para senior dengan syarat harus menyelesaikan tugas yang berat dulu.
Kalau tidak selesai, Maba akan dimarahi, dibentak, dan diancam tidak dapat sertifikat.
“Kenapa saya sebut perploncoan, karena sudah di luar batas, ada unsur perundungan di situ,” tutur dia.
Baca juga: Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Mahasiswa Longmarch dari Universitas Jember ke DPRD
Tak hanya itu, kata dia, para Maba tersebut juga tidak diperbolehkan diantar oleh orangtuanya.
Mereka juga tidak diperbolehkan berboncengan dengan sesama jenis kelamin, sehingga harus berboncengan antara cowok dan cewek.
Bahkan, potongan rambut mahasiswa yang ikut Ospek juga harus dengan model yang sama. Bila berbeda, maka akan dimarahi oleh panitia.
Akibatnya, kata dia, banyak mahasiswa yang stres dengan perlakuan saat Ospek tersebut.
Bahkan, banyak mahasiswa yang sakit dan izin tidak ikut kegiatan Ospek. Berdasarkan data yang dimilikinya, ada sekitar 51 anak yang sakit, sebagian besar diduga karena stres.
“Yang saya sesalkan ada unsur kekerasan verbal, kalau fisik saya tanya tidak ada,” tambah dia.
Dia menilai sebagian besar Maba tidak berani bercerita terkait kegiatan kampus itu.
Bahkan sekarang mereka juga khawatir karena ada semacam tekanan dari mahasiswa senior mereka.
Baca juga: Wajibkan ASN Pakai Sepeda ke Kantor, Bupati Jember: Minimal Sekali Seminggu...