Bagi Kartika, bus listrik harus menjadi kebanggaan Kota Madiun mengingat akan digunakan pada pertemuan yang diikuti pemimpin negara-negara besar di dunia. Kendati demikian, harus dibangun kerja sama dengan sektor swasta untuk membuat komponen bus listik.
Tak hanya itu, kerja sama dengan sektor swasta juga dapat membangun ekosistem manufaktur transportasi publik berbasis listrik.
"Bus listrik yang dikerjakan INKA di menjadi cikal bakal bangkitnya transportasi berbasi EV (Electrical Vehicle) baik kereta maupun bus," kata Kartika.
Terlebih, dengan besarnya sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia dapat mendukung produksi massal transportasi berbasis listrik.
Untuk mempercepat penggunaan sarana transportasi berbasis listrik secara massal, Kartika berharap kota-kota besar di Indonesia segera menggunakan transportasi berbasis listrik produksi dalam negeri.
Dirut PT INKA, Budi Noviantoro menyatakan, pengoperasian bus setelah kegiatan G20 akan dilakukan PT DAMRI di Surabaya dan Bandung.
“Target pengoperasian bus setelah melayani event G20 yakni di Bulan Desember untuk dioperasikan di Surabaya dan Bandung. Untuk biaya juga tergolong efisien,” kata Budi.
Menurut Budi, TKDN bus listrik produksi PT INKA baru 56 persen, namun ke depan bisa mencapai 100 persen. Untuk mencapai 100 persen, butuh kerja sama dari sektor swasta yang menyediakan komponen-komponen untuk pembuatan bus listrik.
“Kalau gardan, steering, bisa diproduksi di Indonesia, TKDN-nya bisa 100 persen. Apalagi pembuatan baterai sudah kita kuasai," kata Budi.
Budi menceritakan, awal pembuatan listrik, TKDN-nya mencapai 42 persen. Setelah bekerja sama dengan Dikti, TKDN naik menjadi 56 persen.
Untuk itu, ia optimistis jika suku cadang tersedia di Indonesia, maka bus listrik TKDN-nya mencapai 100 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.