Sesuai namanya, rumah segala anak bangsa, sehingga penghuni panti tersebut juga datang dari berbagai latar belakang agama maupun suku bangsa.
"Siapapun boleh masuk. Kita tidak memandang suku, agama, maupun ras dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan," Antok yang juga Koordinator Gusdurian Pare ini menambahkan.
Antok mengatakan, pengelolaan sanggar dilakukan secara swadaya dengan dukungan para relawan maupun individu-individu dermawan lainnya.
Begitu juga dengan biaya operasional, kerap dilakukan secara swadaya karena tidak adanya donatur tetap yang mampu menyokong penuh operasional sanggar.
"Kami lebih sering urunan antar relawan," ujar pria yang juga berprofesi sebagai sopir panggilan itu.
Baca juga: Cerita Warga Kediri Bentangkan Bendera Sepanjang 1.000 Meter, Kades: Menjahitnya Sebulan
Kemandirian para penghuni, salah satu contohnya yang sehat turut membantu yang sakit, juga menjadi salah satu kunci pengelolaannya.
Camat Pare Nizam menyatakan, rasa bangga dan apresiasinya terhadap kegiatan yang digelar sanggar tersebut.
"Kepada teman-teman itu saya salut, bangga. Mereka di hari kemerdekaan ini juga bisa memikirkan orang lain," ujar Nizam.
Selama ini, Nizam menambahkan, pihaknya juga senantiasa mendukung semua kegiatan panti dan melibatkannya di kegiatan-kegiatan kecamatan.
Nizam berharap para relawan bisa terus konsisten menjaga roh rumah lansia dan terus memperbaiki diri dengan manajemen yang lebih baik lagi. Sehingga bisa menjadi contoh bagi generasi-generasi mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.