Masa keterpurukan itu dimanfaatkan Sukar dengan lebih giat beribadah memohon pertolongan sang pencipta.
Doa Sukar terjawab saat dirinya berinisiatif mempelajari ilmu tentang logam mulia melalui buku secara ilmiah.
Kegemarannya membaca buku sejak kecil membuatnya rindu dengan sentuhan ilmu pengetahuan. Saat itu, ia dipinjami buku Ensiklopedi Umum oleh salah seorang temannya.
Di sana, semua ilmu yang dibutuhkannya untuk meracik perhiasan termuat. Termasuk menemukan cara mengkombinasikan dua jenis logam.
Baca juga: Pengendara Keluhkan Debu Truk Pasir di Lumajang Berhamburan, Satpol PP Turun Tangan
Kemampuan itu ternyata mengantarkannya menuju kesuksesan hari ini. Sukar disebut-sebut satu-satunya perajin di Lumajang yang memiliki kemampuan meng-aloi atau mengkombinasikan logam.
Bahkan, para perajin lain menjadikan bengkel milik sukar rujukan membeli bahan campuran untuk membuat perhiasan.
Di tengah giatnya mempelajari ilmu logam dari buku, ia kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada keluarga yang harus dihidupi.
Terlebih, anak keduanya telah lahir. Sisa-sisa bahan yang dimilikinya dirumah, dirakitnya menjadi perhiasan dan dijual ke Bali.
Baca juga: Resep Rujak Petis, Sajian Khas Ponorogo Jatim
Saat itu krisis moneter sedang terjadi di Indonesia. Sehingga pedagang lokal tidak mampu membeli emas yang harganya melonjak.
Ia menyasar turis asing untuk dijadikan target pasarnya.
Tipu-tipu dunia perdagangan yang telah menimpanya dulu, dijadikan sebuah pelajaran. Tidak disangka, hasil karyanya sangat diminati dan diminta untuk memproduksi lebih banyak.
"Dari baca buku ensiklopedi itu, masih saya simpan bukunya, saya dapat banyak ilmu, termasuk meng-aloi logam, ini jadi satu-satunya di Lumajang," tutur Sukar.
Hebatnya, meski hanya lulusan SD, kemahirannya dalam ilmu sains sempat mengantarkannya menjadi guru di beberapa sekolah di Lumajang.
Bagi Sukar, semakin ilmu dibagikan, maka akan semakin bertambah pula ilmu yang dimiliki.
Baca juga: Gubernur Khofifah Beberkan Strategi Pengendalian Inflasi Pangan di Jatim
Kini, Sukar telah menuai panen dari jerih payahnya merintis usahanya dari titik nol. Sukar memiliki enam orang pekerja yang membantunya setiap hari.
Pasarnya pun semakin luas. Tidak hanya daerah tapal kuda, tapi Pulau Kalimantan.
Dalam satu bulan, omzet Sukar bisa mencapai Rp 500 juta. Dari hasil itu, keuntungan bersih yang didapatnya yakni lima persen atau sekitar Rp 25 juta dalam satu bulan.
"Alhamdulillah sejak tahun 2000 itu mulai stabil, sekarang barang saya sudah sampai kemana-mana, kira-kira satu bulan bisa Rp 500 juta omzetnya dengan keuntungan lima persen," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.