Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiluyo Puspoyudo, Kakek Emil Dardak yang Namanya Diabadikan sebagai Monumen dan Jalan di Balikpapan

Kompas.com - 12/08/2022, 08:09 WIB
Achmad Faizal,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mengenang kembali jejak sang kakek yang merupakan seorang pejuang di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sang kakek adalah Wiluyo Puspoyudo.

Nama sang kakek diabadikan menjadi monumen sekaligus sebuah taman kecil tepat di jalan dengan nama yang sama, yaitu Jalan Wiluyo Puspoyudo.

Baca juga: Pemkot Balikpapan Siap Hadapi Gugatan PBH Peradi Terkait Kasus Laka Maut Muara Rapak

Di seberangnya, terdapat rumah dinas Wali Kota Balikpapan.

"Lokasi tersebut dahulu merupakan tempat tinggal kakek selama bertugas di Balikpapan," kata Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu melalui keterangan resminya, Kamis (11/8/2022).

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Surabaya Hari Ini, 12 Agustus 2022 : Pagi dan Malam Cerah

Wiluyo Puspoyudo adalah kakek Emil Dardak dari ibunya.

Wiluyo Puspoyudo yang meninggal pada 1968 dahulu disebut merupakan perwira militer pertama yang mendarat di Kota Balikpapan semasa perang kemerdekaan.

Dia diyakini memiliki andil dalam menggagalkan pembantaian yang direncanakan oleh Belanda di Kaltim ketika menjabat menjadi Komandan Brigade E di Kaltim sejak 1945.

Baca juga: Saat 15 Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Berikrar Setia pada NKRI, Disaksikan Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak

 

Menurut Emil, sang kakek juga merupakan pendiri dan gubernur pertama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).

Setelah kemerdekaan, sang kakek menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) di tahun 1966 ketika ketua sebelumnya Chaerul Saleh ditangkap.

"Jadi ketika Belanda merencanakan adanya pembantaian pribumi di Kalimantan Timur, kakek saya ikut menggagalkan," kata dia.

"Dan semasa Chaerul Saleh ditangkap di tahun 1966 beliau menggantikan sebagai ketua," lanjut Emil.

Baca juga: Penjelasan PLN Soal Denda Rp 80 Juta pada Dokter di Surabaya, Temukan Kabel Jumper di Meteran Listrik

Meski dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, sang kakek, menurut Emil belum dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

"Tapi belum menjadi pahlawan nasional, karena itu perlu kajian akademis dan historis yang mumpuni. Jejak penguatannya serta pandangan dari tokoh setempat dan arsip harus dikaji," papar Emil.

Saat berada di Balikpapan untuk mengenang jejak kakeknya, Emil mengaku bertemu dengan Rektor Universitas Mulawarman Samarina Profesor Masjaya.

Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas penelitian sejarah Kalimantan Timur termasuk tentang pahlawan nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com