Menurut Emil, sang kakek juga merupakan pendiri dan gubernur pertama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).
Setelah kemerdekaan, sang kakek menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) di tahun 1966 ketika ketua sebelumnya Chaerul Saleh ditangkap.
"Jadi ketika Belanda merencanakan adanya pembantaian pribumi di Kalimantan Timur, kakek saya ikut menggagalkan," kata dia.
"Dan semasa Chaerul Saleh ditangkap di tahun 1966 beliau menggantikan sebagai ketua," lanjut Emil.
Meski dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, sang kakek, menurut Emil belum dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
"Tapi belum menjadi pahlawan nasional, karena itu perlu kajian akademis dan historis yang mumpuni. Jejak penguatannya serta pandangan dari tokoh setempat dan arsip harus dikaji," papar Emil.
Saat berada di Balikpapan untuk mengenang jejak kakeknya, Emil mengaku bertemu dengan Rektor Universitas Mulawarman Samarina Profesor Masjaya.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas penelitian sejarah Kalimantan Timur termasuk tentang pahlawan nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.