SURABAYA, KOMPAS.com - Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si. memberikan sudut pandang terhadap mencuatnya fonemena Citayam Fashion Week yang kini juga diadopsi oleh arek Suroboyo di Jalan Tunjungan.
Dia berpendapat, fashion week di sejumlah daerah muncul sebagai budaya populer.
"Ini budaya populer. Bukan budaya dalam pengertian antropolog ya, tolong dibedakan dan sifatnya hanya sementara saja ini. Jadi Citayam Fashion Week atau Tunjungan Fashion Week menurut saya adalah budaya alternatif, budaya tandingan di luar mainstream," kata dia kepada Kompas.com saat dikonfirmasi, Senin (25/7/2022).
Baca juga: Bubarkan Tunjungan Fashion Week, Satpol PP Sebut Ini Surabaya, Bukan Jakarta
Guru Besar Unair ini melihat, fonemena tersebut takkan bertahan lama.
Budaya populer itu akan tergantikan dengan budaya baru selanjutnya.
"Seperti mode niscaya tidak akan bertahan lama. Akan muncul budaya baru alternatif lain nanti. Usianya pasti pendek," ucap dia.
Baca juga: Begini Pendapat Warga Surabaya soal Jalan Tunjungan Adopsi Citayam Fashion Week
Menurut akademisi senior ini, kalangan muda-mudi membaca peluang itu untuk memanfaatkan sebagai sarana ekspresi identitas.
Selain itu juga menampilkan inovasi diri yang selama ini dirasa kurang tereskpose.
Namun dia menyarankan agar kegiatan tidak merugikan pengguna jalan.
"Pasti ada manfaat dan kelemahannya. Makanya jangan sampai merugikan orang lain, itu saja saran saya," katanya.
Baca juga: Bubarkan Tunjungan Fashion Week, Satpol PP Sebut Ini Surabaya, Bukan Jakarta
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.