Rulli menjelaskan, tujuan gerakan tersebut mewujudkan Kota Malang sebagai kawasan ramah fesyen. Sehingga, masyarakat tak malu mengekspresikan gaya fesyen mereka.
"Jadi jangan takut berekspresi melalui fesyen, kita memilih Kayutangan untuk ramah akan fesyen," katanya.
Menurutnya, banyak dari para pelaku fesyen di Kota Malang yang belum dikenal banyak orang. Gerakan Kayutangan Street Style diharapkan membuat masyarakat luas membuka diri kepada para pelaku fesyen di Kota Malang.
"Jadi biar orang-orang lebih aware (peduli) aja bisa berfesyen di sini," katanya.
Rulli menambahkan, Kayutangan Street Style berbeda dengan Citayam Fashion Week. Hal itu terlihat dari penggagas gerakan Kayutangan Street Style yang merupakan para pelaku fesyen.
Baca juga: Saat Citayam Fashion Week Bukan Semata Tempat Adu Gaya, tetapi Juga Ladang Cuan...
"Kalau di Citayam itu di mulai dari anak-anak yang ingin nongkrong, tidak ada latar belakang fashion, tapi ingin mengaktualisasi diri lewat fesyen. Kalau di Kayutangan, yang inisiasi adalah orang-orang yang paham dan mengerti fesyen," katanya.
Sebagian warganet ada yang menganggap kegiatan itu meniru perilaku dari anak-anak muda yakni fenomena Citayam Fashion Week di Jakarta. Kemudian juga ada yang menilai bahwa nantinya kegiatan itu tidak mengangkat pakaian tradisional dan akan menimbulkan kemacetan.
Menanggapi hal itu, Rulli menyampaikan bahwa gerakan yang digagas itu juga mendapatkan penilaian yang positif dari warganet.
"Kalau kami melihatnya yang positif akan jadi catatan, yang negatif ya enggak terlalu kami ambil hati. Aku tahu mereka ngetik enggak pakai hati kadang. Jadi ya banyak yang mendukung juga, kak go ahead," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.