GRESIK, KOMPAS.com - Rezeki memang terkadang datang tidak disangka-sangka. Seperti yang dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) Imam Suhadi (40) dan Ratna (30), warga Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang, Gresik, Jawa Timur.
Pasutri ini tidak menyangka, kerajinan sapu lidi yang telah digeluti selama beberapa tahun akhirnya bisa menembus pasaran luar negeri.
Sapu lidi kerajinan mereka sukses menembus ekspor, sampai Brunei Darussalam dan Timor Leste.
Baca juga: Pengendara Motor di Gresik Tewas Terlindas Saat Berusaha Mendahului Truk dari Sisi Kiri
Imam mengatakan, dirinya memulai usaha kerajinan sapu lidi dari 2010 ketika masih membujang.
Pada saat itu, pria yang kini berusia 40 tahun tersebut masih bekerja serabutan, sehingga memilih untuk melakoni kerajinan pembuatan sapu lidi.
"Saya mulai merintis itu 2010 akhir, saat itu saya masih bujangan. Awalnya, misanan (kerabat) yang suruh saya buat kerajinan sapu lidi, karena dia punya relasi dengan orang-orang luar Jawa (pembeli), Kalimantan, Banjarmasin," ujar Imam saat ditemui di tempat tinggalnya, Jumat (8/7/2022).
Baca juga: Anggotanya Jadi Tersangka Kasus Pria Nikahi Domba di Gresik, Ini Kata Partai Nasdem
Berawal dari itu, Imam kemudian menekuni kerajinan pembuatan sapu lidi dengan order dari kerabatnya tersebut.
Hingga pada 2015, Imam menikah dengan Ratna dan lantas memutuskan untuk lebih mengembangkan usaha kerajinan sapu lidi.
Kini, Imam sudah dibantu sampai 15 orang pekerja untuk memenuhi order sapu lidi dari Jawa hingga luar pulau, bahkan hingga pesanan dari luar negeri.
"Untuk saat ini, sehari bisa sampai 500 biji sapu lidi. Dibantu 15 orang namun kebanyakan dibawa pulang, dikerjakan di rumah masing-masing. Baru kalau selesai, disetorkan ke sini," kata Imam.
Baca juga: Gresik Terima 3.000 Dosis Vaksin PMK, Suntikan Pertama untuk Sapi di Siwalan
Imam kemudian menceritakan, awal mula produk kerajinan sapu lidi yang dikerjakan sampai menembus luar negeri, baik sampai Brunei maupun Timor Leste. Di mana order tersebut, didapatkan Imam usai coba memasarkan melalui dunia maya.
Saat 2016, Imam yang sedang memasang kerajinan sapu lidi hasil kreasinya di blog, tiba-tiba dihubungi oleh warga Timor Leste yang tertarik.
Selang satu tahun berikutnya pada 2017, giliran ada warga Brunei yang tertarik dengan kerajinan tersebut.
"Untuk Brunei, awalnya itu ada orang dari Lamongan, pria, menikah dengan orang Brunei dan tinggal di sana. Pertama kali pesan sekitar 2.000 biji, kemudian berlanjut hingga tiga kali order. Sebelumnya, pesanan dari Timor Leste yang lebih dulu," tutur ayah satu anak ini.
Baca juga: Kasus Korupsi Pupuk Bersubsidi Madiun, Jaksa Periksa 3 Staf Pemasaran Petrokimia Gresik
Menurut Imam, pesanan antara kedua pembeli dari luar negeri tersebut berbeda. Jika dengan pembeli asal Timor Leste hanya sebatas pertemuan online, namun pria asal Lamongan yang tinggal di Brunei sempat mendatangi tempatnya di Desa Karangsemanding.