Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Lebih Dekat Desa Balun di Lamongan yang Berjuluk 'Desa Pancasila'

Kompas.com - 29/06/2022, 06:11 WIB
Hamzah Arfah,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

LAMONGAN, KOMPAS.com - Setiap 1 Juni diperingati warga di seluruh Indonesia sebagai Hari Lahir Pancasila.

Beberapa tahun masyarakat mengenal Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, dengan julukan 'Desa Pancasila'.

Julukan yang disematkan bukan secara tiba-tiba, melainkan atas Kebinekaan dan toleransi beragama yang terjaga dengan baik di desa tersebut.

Baca juga: Terima 7.000 Dosis Vaksin PMK, Pemkab Lamongan Prioritaskan untuk Sapi Potong

Desa Balun terletak tidak jauh dari poros Jalur Pantura Lamongan atau sekitar 1 kilometer dari Jalan Raya Surabaya-Tuban.

Desa tersebut dihuni oleh warga dengan penganut agama Islam, Kristen dan Hindu, yang telah hidup berdampingan secara rukun dan damai. Kerukunan kehidupan umat beragama ini, sudah berlangsung setengah abad lebih.

Bahkan, keharmonisan umat beragama yang terjadi di Desa Balun tergambar dari letak tempat ibadah umat Islam, Kristen dan Hindu, yang berada dalam area tidak jauh dari lapangan, atau sekitar 200 meter dari balai desa setempat.

Terdapat masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan juga Pura Sweta Maha Suci.

Baca juga: Finis di Posisi Ke-10, Ananda Rigi, Pebalap Asal Lamongan, Penuhi Target di MXGP Samota

Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur.

Masjid Miftahul Huda yang biasa digunakan warga muslim di Balun, terdapat di sebelah barat lapangan.

Hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar empat meter, berdiri Pura Sweta Maha Suci yang merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu desa setempat.

Sementara bangunan gereja bagi tempat ibadah warga Kristen, terletak berhadapan dengan masjid Miftahul Huda, sekitar 70 meter menghadap ke arah barat.

Baca juga: Besok Pilkades Serentak 61 Desa di Lamongan, Polisi Siapkan Tim Khusus Tindak Pengacau

 

Gereja Kristen Jawi Wetan yang terletak berhadapan sekitar 70 meter dengan masjid Miftahul Huda di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Gereja Kristen Jawi Wetan yang terletak berhadapan sekitar 70 meter dengan masjid Miftahul Huda di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Gereja Kristen Jawi Wetan yang terletak berhadapan sekitar 70 meter dengan masjid Miftahul Huda di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Gereja Kristen Jawi Wetan yang terletak berhadapan sekitar 70 meter dengan masjid Miftahul Huda di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur.
Kendati lokasi tiga tempat ibadah tersebut cukup berdekatan, namun toleransi dan saling menghargai antar umat beragama terpelihara dengan baik tanpa adanya gesekan di antara mereka.

Gambaran yang membuat desa seluas 621,103 hektar tersebut, kemudian ditetapkan sebagai Desa Pancasila.

Ketua GKJW Jemaat Lamongan Wilayah Balun atau pemuka agama Kristen di Balun, Sutrisno (64) mengatakan, toleransi beragama sudah terjalin harmonis di Desa Balun sejak beberapa tahun silam.

Agama Kristen dan Hindu, mulai eksis di Desa Balun pasca tragedi percobaan kudeta negara yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) atau yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).

"Setelah kejadian G30S/PKI, pemerintah kan kemudian menganjurkan kepada penduduk untuk mengikuti agama-agama yang diakui oleh negara. Kemudian pada tahun 1967, warga di sini mulai ada yang memeluk agama Kristen," ujar Sutrisno, ketika ditemui di kediamannya.

Baca juga: Ananda, Pebalap Asal Lamongan yang Wakili Indonesia dalam MXGP 2022 di Sumbawa, Pernah Raih Emas PON

Sutrisno menjelaskan, pada saat itu ada salah seorang warga Desa Balun bernama Asman yang sempat menemukan seperti potongan kitab injil.

Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada kepala Desa Balun waktu itu, yang kemudian turut memeluk agama Kristen diikuti beberapa warga lain.

"Saat itu ada Angkatan Darat namanya Pak Bati, yang kemudian menjabat sebagai kepala desa pertama, yang ikut memeluk agama Kristen setelah Pak Asman menemukan potongan kitab Injil tersebut," ucap Sutrisno.

Baca juga: Gresik Terima 3.000 Dosis Vaksin PMK, Suntikan Pertama untuk Sapi di Siwalan

Pensiunan guru ini menceritakan, pada awalnya ada sekitar 98 orang warga di Desa Balun yang dilakukan baptis, dan menyatakan diri masuk memeluk agama Kristen.

Kemudian terus berkembang hingga kini, dengan saat ini pemeluk agama Kristen di Desa Balun dikatakan sudah mencapai sebanyak 672 jiwa, 189 keluarga.

Sebab dalam satu keluarga yang ada di Desa Balun, juga terdapat yang memeluk keyakinan berbeda. Bahkan, ada pula dalam satu dinasti kekeluargaan itu yang memeluk agama Islam, Kristen dan Hindu.

"Mengapa rukun? karena warga di sini menyadari semua masih saudara, juga mungkin karena karunia Tuhan. Sebab Tuhan masih menghendaki," kata Tadi (54), pemangku Pura Sweta Mahasuci Balun.

Baca juga: Pilkades Serentak 61 Desa di Lamongan Dipantau Langsung Kemendagri

 

Dari halaman Pura Sweta Maha Suci, tampak masjid Miftahul Huda yang hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar 4 meter di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan. *** Local Caption *** Dari halaman Pura Sweta Maha Suci, tampak masjid Miftahul Huda yang hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar 4 meter di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Dari halaman Pura Sweta Maha Suci, tampak masjid Miftahul Huda yang hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar 4 meter di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan. *** Local Caption *** Dari halaman Pura Sweta Maha Suci, tampak masjid Miftahul Huda yang hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar 4 meter di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan.
Tadi lantas mencontohkan dirinya. Meski dirinya merupakan pemuka agama Hindu di desa setempat, namun kakak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan memeluk agama Kristen.

Sementara kakak kedua Tadi yang berjenis kelamin laki-laki, memilih untuk menganut agama Islam.

Namun karena mereka masing-masing telah berkeluarga, sehingga tinggal di rumah yang berbeda.

Kendati demikian, antara rumah Tadi dengan kakak-kakaknya yang berbeda agama tersebut saling berdampingan.

Terlebih Tadi mengaku, dirinya dengan Sutrisno (pemuka Kristen) maupun dengan Titis Sutarno selaku ketua takmir Masjid Miftahul Huda saat ini, juga masih memiliki hubungan kekeluargaan.

"Terus bagaimana kalau sampai ada konflik? sebab satu keluarga bisa berbeda agama. Pak Titis itu masih kerabat dengan saya, kemudian Pak Sutrisno itu masih kerabat dengan istri saya," tutur Tadi.

Baca juga: Puluhan Ekor Burung Tempat Wisata di Lamongan Hilang Dicuri, Ternyata Ulah Pegawai Sendiri

Atas dasar-dasar tersebut, baik Tadi maupun Sutrisno mengaku, selama dirinya lahir hingga saat ini belum pernah menjumpai adanya gesekan antar umat beragama di Desa Balun.

Sebab masyarakat Desa Balun sudah menyadari, prinsip toleransi kehidupan beragama yang harus mereka junjung dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalau hubungan sosial bersama-sama, tapi kalau soal agama atau keyakinan baru urusan masing-masing," ucap Tadi.

Menurut pengetahuan Tadi selama ini, tidak jarang pula warga yang ada di Desa Balun berpindah agama.

Salah satu faktornya karena menjalani pernikahan. Meski demikian, warga dan pihak keluarga tetap menghormati atas keyakinan yang dipilih.

"Kebanyakan yang pindah agama itu karena perkawinan, tidak ada karena sebab yang lain dan itu sudah biasa di sini. Kalau sudah seperti itu, ya dipasrahkan kepada yang menjalani," kata Tadi.

Tadi juga membenarkan cerita Sutrisno, agama Hindu di Desa Balun mulai eksis usai peristiwa G30S/PKI, dengan dirinya memeluk agama Hindu mengikuti orangtua. Adapun pemeluk agama Hindu di Desa Balun saat ini, dikatakan sudah sekitar 60-an keluarga, sebanyak 266 orang.

Baca juga: Kelelahan akibat Bongkar Muat, Sopir Truk di Lamongan Ditemukan Tewas di Dalam Kabin

Jaga kerukunan

Kendati warga di Desa Balun sudah terbiasa dengan toleransi antar umat beragama yang berlangsung, namun para pemuka masing-masing agama di Desa Balun juga mewanti-wanti kepada generasi mudanya supaya tetap menghormati perbedaan yang ada.

"Seperti kemarin ada dialog pemuda yang digelar di desa tentang kebinekaan, ya kami arahkan mereka (pemuda Hindu) untuk ikut, untuk membuka wawasan mereka," kata Tadi.

Sementara Sutrisno menambahkan, praktik toleransi beragama di Desa Balun dapat disaksikan begitu terasa ketika ada perayaan hari besar agama.

Di mana pemeluk agama lain, turut membantu dalam pelaksanaan kegiatan agama yang sedang memperingati.

"Seperti saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha juga pas tarawih, yang jaga sepeda di parkiran itu warga Kristen dan Hindu. Sementara saat Natal, yang dari Islam dan Hindu itu kami undang. Saat umat Hindu yang ada acara keagamaan, kami dan yang dari Islam turut membantu. Begitu pula saat ada warga yang meninggal dunia, kami semua ikut membantu," ujar Sutrisno.

Baca juga: Kesulitan Ungkap Kasus Pembuangan Bayi di Lamongan, Polisi: Pembuang Bukan Warga Setempat

 

Balai Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Desa yang dihuni oleh tiga pemeluk agama berbeda, yang tetap hidup rukun dan damai berdampingan. *** Local Caption *** Balai Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Desa yang dihuni oleh tiga pemeluk agama berbeda, yang tetap hidup rukun dan damai berdampingan.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Balai Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Desa yang dihuni oleh tiga pemeluk agama berbeda, yang tetap hidup rukun dan damai berdampingan. *** Local Caption *** Balai Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Desa yang dihuni oleh tiga pemeluk agama berbeda, yang tetap hidup rukun dan damai berdampingan.
Ketua takmir masjid Miftahul Huda Titis Sutarno mengatakan, kendati pemeluk agama islam menjadi mayoritas penghuni Desa Balun saat ini, namun toleransi dan saling menghargai perbedaan agama tetap mereka pegang dengan teguh.

Sehingga dengan begitu, kerukunan antar umat beragama yang sudah berjalan dengan baik selama ini dapat tetap terjaga.

"Saat umat Kristen Natal dan ada acara di gereja, juga saat umat Hindu ada acara keagamaan di pura, kami biasanya nggak pakai membunyikan qiroah dan pengeras suara, langsung mengumandangkan azan saja," ujar Titis, selaku pemuka agama umat Islam di Desa Balun.

Dari jumlah total penduduk Desa Balun, sebanyak 3.498 jiwa merupakan pemeluk agama Islam. Meski menjadi mayoritas, namun umat Islam yang ada di desa setempat sangat menghormati dan menghargai perbedaan. 

Baca juga: Finis di Posisi Ke-10, Ananda Rigi, Pebalap Asal Lamongan, Penuhi Target di MXGP Samota

Sama seperti Tadi dan Sutrisno, Titis juga mengakui, bahwa semua warga Desa Balun menyadari walaupun berbeda agama mereka masih merasa satu keluarga, satu garis keturunan.

Sehingga warga menghargai perbedaan akan keyakinan tersebut dan tidak pernah terjadi gesekan hingga saat ini.

Suara kaum milenial

Sekretaris Desa Balun Hafidh (30) mengatakan, sekitar 60 persen dari total penduduk Desa Balun saat ini berprofesi sebagai petani tambak.

Di mana lahan tambak yang dimiliki, biasanya dalam setahun digunakan dua kali untuk panen ikan dan sekali panen padi.

Kendati seiring kemajuan zaman, banyak pemuda memilih untuk mengadu nasib di luar desa sebagai pekerja ketimbang melanjutkan profesi sebagai petani.

"Kalau seusia saya, sekarang banyak yang kerja selain petani, tapi yang tua masih banyak yang tani. Untuk yang masih tani, mungkin sekitar 60 persen," tutur Hafidh.

Hafidh mengaku, selama ini warga Desa Balun hidup rukun dengan menghargai perbedaan yang ada, termasuk generasi muda. Para generasi muda di desa setempat, tetap mewarisi nilai-nilai peninggalan orangtua dan sesepuh kampung dalam menjaga kerukunan.

"Sudah biasa. Di balai desa sendiri itu ada sepuluh perangkat, termasuk saya. Dari sepuluh perangkat, dua di antaranya beragama kristen, sementara lainnya islam," ucap Hafidh.

Hafidh menjelaskan, Desa Balun terbagi atas dua dusun yakni, Dusun Balun dan Ngangrik yang berjarak sekitar 2 kilometer.

Namun tidak seperti di Balun, pada Dusun Ngangrik semua warga memeluk agama Islam. Sementara di Dusun Balun sendiri, terdapat sepuluh Rukun Tetangga (RT) dengan warga yang berbeda agama tetap hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Psikolog Akan Dampingi Anak Komedian Isa Bajaj yang Diduga Alami Kekerasan

Psikolog Akan Dampingi Anak Komedian Isa Bajaj yang Diduga Alami Kekerasan

Surabaya
Jalur Banyuwangi-Jember Tertutup Banjir Lumpur, Buka Tutup Diberlakukan

Jalur Banyuwangi-Jember Tertutup Banjir Lumpur, Buka Tutup Diberlakukan

Surabaya
Kesaksian Anshori Saat Banjir Lahar Semeru Menerjang: Ada Suara Gemuruh

Kesaksian Anshori Saat Banjir Lahar Semeru Menerjang: Ada Suara Gemuruh

Surabaya
Gus Ipul Sebut Sudah Saatnya Ada Regenerasi di PKB

Gus Ipul Sebut Sudah Saatnya Ada Regenerasi di PKB

Surabaya
Isa Bajaj Laporkan Dugaan Kekerasan yang Menimpa Anaknya ke Polisi

Isa Bajaj Laporkan Dugaan Kekerasan yang Menimpa Anaknya ke Polisi

Surabaya
Update Banjir Lahar Semeru, 32 KK Mengungsi, 3 Jembatan Rusak

Update Banjir Lahar Semeru, 32 KK Mengungsi, 3 Jembatan Rusak

Surabaya
Anak Isa Bajaj Diduga Jadi Korban Tindak Kekerasan di Alun-alun Magetan

Anak Isa Bajaj Diduga Jadi Korban Tindak Kekerasan di Alun-alun Magetan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Simpan dan Racik Bahan Peledak untuk Petasan, 6 Orang di Sidoarjo Ditangkap

Simpan dan Racik Bahan Peledak untuk Petasan, 6 Orang di Sidoarjo Ditangkap

Surabaya
Kendaraan Roda 2 Dominasi Arus Balik ke Bali, Capai 8.125 Unit

Kendaraan Roda 2 Dominasi Arus Balik ke Bali, Capai 8.125 Unit

Surabaya
WNA Filipina Ditemukan Meninggal di Kamar Apartemen Surabaya

WNA Filipina Ditemukan Meninggal di Kamar Apartemen Surabaya

Surabaya
Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Gondoruso Putus

Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Gondoruso Putus

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Arak-arak Bondowoso: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Arak-arak Bondowoso: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com