PONOROGO, KOMPAS.com - Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko merasa aneh karena makin banyaknya sapi yang mati setelah wabah penyakit mulut dan kuku menginfeksi ribuan ternak di wilayahnya.
Sugiri menduga, ada hal lain yang menyebabkan kematian sapi-sapi di Ponorogo.
Baca juga: Ponorogo Darurat PMK, 5.500 Sapi Terinfeksi, 132 di Antaranya Mati
“Ada fenomena yang bukan sekedar virus. Saya menemukan itu. Jadi pada saat proses penyembuhan, sapi yang sudah dalam kondisi makan tahu-tahu mati. Ini agak perlu diteliti dan didalami kembali,” ujar Kang Giri sapaan akrab Sugiri Sancoko di Ponorogo, Selasa (21/6/2022).
Menurut Kang Giri, beberapa sapi di wilayah Kecamatan Pudak sudah diotopsi tim dokter hewan. Dari otopsi itu, sampel organ dalam beberapa sapi diambil untuk diteliti di laboratorium.
“Sapi sudah diotopsi untuk dilakukan laboratorium mudah-mudahan segera ditemukan apakah virus penyebabnya. Atau apakah yang memboncengi ini sehingga bisa ditemukan segera,” tutur Kang Giri.
Sugiri tak ingin gegabah menyebut ada varian baru PMK di Ponorogo. Hal itu, kata dia, perlu menunggu hasil laboratorium.
Ia pun meminta publik sabar menunggu hasil penelitian terhadap organ sapi yang mati itu keluar.
“Mudah-mudahan segara ditemukan jenis apa ini. Kok beda dengan kebiasaan yang lain,” kata Kang Giri.
Sejauh ini, Pemkab Ponorogo mengalami kendala dalam menangani PMK, khususnya kekurangan tenaga kesehatan hewan. Namun, Kang Giri menyebut, pihaknya akan membuka rekrutmen relawan dokter hewan mulai pekan depan.
Sementara, untuk mengubur sapi yang mati akibat terjangkit PMK, Pemkab Ponorogo menurunkan tim dari BPBD. Masing-masing desa akan membentuk tim penguburan sapi yang dibantu BPBD dengan anggaran dari APBD.
Baca juga: Jambret Dompet Emak-emak di Ponorogo, Pemuda Asal Madiun Ditangkap Warga
Tak hanya itu, Kang Giri mulai kemarin memilih berkantor di Kecamatan Pudak untuk memantau langsung perkembangan kasus PMK.
Terlebih di Kecamatan Pudak menjadi daerah terbanyak ditemukan kasus sapi terinfeksi PMK hingga menyebabkan kematian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.