SUMENEP, KOMPAS.com - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kian meluas.
Akibatnya, sejumlah warga memilih menghindari daging sapi meski dinyatakan masih aman untuk dikonsumsi.
"Meski katanya aman, ya tetap saja khawatir," kata ibu rumah tangga asal Kecamatan Pragaan, Riskiyah, kepada Kompas.com, Jumat (17/6/2022).
Riskiyah mengatakan, warga di desanya tak hanya menghindari daging sapi untuk dikonsumsi sehari-hari. Pada acara pengajian atau resepsi, warga juga enggan memasak daging sapi.
Berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya, mayoritas undangan pengajian atau resepsi enggan memakan daging sapi yang disuguhkan pemilik hajat.
"Minggu lalu (di acara keagamaan) pernah beberapa tamu undangan memilih tidak memakan daging sapinya. Alasannya karena itu tadi, khawatir," kata dia.
Baca juga: 175 Calon Jemaah Haji Asal Sumenep yang Terdeteksi Punya Penyakit Berisiko Tetap Diberangkatkan
Kekhawatiran serupa juga dirasakan ibu rumah tangga lainnya, Sulalah (36). Perempuan asal Kecamatan Saronggi, Sumenep, itu memilih menghindari mengonsumsi daging sapi hingga wabah PMK mereda.
Bersama tiga anggota keluarganya yang lain. Sulalah mengaku tetap menghindari daging sapi hingga Idul Adha jika PMK masih merebak.
"Kalau PMK masih ada, kita udah antisipasi untuk tidak memilih daging sapi. Termasuk saat Idul Adha nanti," tuturnya.
Sulalah mengaku telah mendapat informasi bahwa daging sapi yang terjangkit PMK masih aman dikonsumsi. Namun, ia memilih menghindarinya untuk mengantisipasi hal yang mungkin terjadi.
Pedagang Daging Sapi Terdampak
Kekhawatiran warga terhadap daging sapi di tengah wabah PMK berdampak terhadap daya beli daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Sumenep.
Salah satu pedagang di Pasar Anom, Kecamatan Kota, Sumenep, Aminah mengaku, penurunan daya beli daging sapi mencapai 50 persen dari situasi normal.
"Penurunan daya beli daging sapi terjadi selama sepekan ini. Bahkan turun hingga separuh penjualan," kata salah seorang pedagang daging sapi, Aminah.