Pada 21 April 2009, bandara di Banyuwangi digunakan untuk Bali International Flight Academy (BIFA) untuk keperluan pelatihan lepas landas dan mendarat bagi para calon pilot.
Penerbangan komersil pertama dari maskapai Sky Aviation dibuka pada 29 Desember 2010. Pesawat yang digunakan adalah jenis Grand Caravan berkapasitas 9-10 orang dengan rute Banyuwangi-Surabaya.
Sebelumnya juga dilakukan uji kelayakan terbang pada 26 Desember 2010 menggunakan pesawat C208 Grand Caravan.
Penerbangan ini sekaligus menjadi tanda diresmikannya Bandara Blimbingsari sebagai bandara komersil. Penandatanganan prasasti peresmian dilakukan oleh Wakil Menteri Perhungan Bambang Susantono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Baca juga: Oktober, Bandara Blimbingsari Banyuwangi Dikelola Angkasa Pura II
Pada tanggal 25 April 2011, Sky Aviation menambah armada di Bandara Banyuwangi dengan Fokker F50 berkapasitas 48 tempat duduk dan beroperasi di rute yang sama.
Sky Aviation lalu menghentikan operasional rute ini pada 20 Oktober 2011 karena kalah bersaing dengan maskapai lain yang ada di Bandara Banyuwangi.
Pada tahun 2017, bandara yang awalnya bernama Bandara Blimbingsari diubah menjadi Bandar Udara Banyuwangi. Pada 22 Desmeber 2017, bandara ini dialihkan pengelolaannya ke Angkasa Putra II.
Selain berfungsi sebagai bandara komersial, Bandar Udara Banyuwangi juga digunakan untuk keperluan pendidikan penerbangan. Setelah sebelumnya Bali International Flight Academy (BIFA).
Kementerian Perhubungan juga mendirikan Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (LP3B) yang diresmikan pada 23 Desember 2013 yang kemudian berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi (BP3B).
Selain dua sekolah penerbangan di atas itu terdapat Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).
Baca juga: Terminal Baru Bandara Blimbingsari Bisa Tampung 250.000 Pengunjung
Pembangunan terminal baru ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Timur senilai Rp 22,5 miliar dan APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp 10,5 miliar.
Anggaran ini dipergunakan untuk pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir.
Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami di siang hari.
Selain itu terminal baru ini mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Using. Terminal yang didesain oleh Andra Matin ini diresmikan pada 2017.
Baca juga: Jelang Pertemuan IMF dan Bank Dunia, Bandara Banyuwangi Disiapkan Jadi Penyangga Bali
Sementara itu Merpati Nusantara Airlines sempat membuka rute Bandung-Semarang-Surabaya-Banyuwangi menggunakan pesawat MA60 berkapasitas 56 penumpang sejak 24 Agustus 2011.
Namun rute ini ditutup 9 April 2013 karena masalah keuangan yang membelit perusahaan tersebut.
Mulai tahun 2017, diusahakan pembukaan rute langsung Jakarta Soekarno-Hatta ke Banyuwangi.
Rute ini pertama kali diisi oleh maskapai NAM Air pada 16 Juni 2017 menggunakan pesawat Boeing 737-500 berkapasitas 150 tempat duduk.
Baca juga: Bupati Anas: Ke Bali, Silakan Bisa Lewat Bandara Banyuwangi
Lalu, Garuda Indonesia juga mengisi rute ini pada 8 September 2017 menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen.
Maskapai Citilink kemudian membuka penerbangan rute ini pada 15 Februari 2018 yang melayani penerbangan 2 kali sehari menggunakan Boeing 737-500 dan kemudian menggunakan Airbus A320 pada 9 Agustus 2018.
Pada Desember 2018, Bandar Udara Banyuwangi secara resmi melakukan penerbangan perdana rute internasional yakni Banyuwangi-Kuala Lumpur (Malaysia) dan sebaliknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.