Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perintis Lingkungan di Lumajang, Sempat Dianggap Gila, Kini Gerakkan Ekonomi Warga

Kompas.com - 13/06/2022, 10:53 WIB
Miftahul Huda,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Lahir dan tumbuh di kaki Gunung Lemongan membuat Daim (61), warga Dusun Bercah, Desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki hati dan jiwa yang menyatu dengan alam.

Wilayah hutan di lereng Gunung Lemongan jadi tempat Daim kecil bermain setiap hari. Dia sangat sensitif jika ada sesuatu yang hilang dari layaknya fungsi hutan.

Kebakaran hutan yang kerap terjadi sebelum 1996 di hutan sisi utara dan barat gunung membuat tidak ada tanaman yang tumbuh.

Kondisi ini diperparah saat Presiden Abdurrahman Wachid mengeluarkan pernyataan bahwa hutan milik rakyat. Sayangnya, pernyataan itu disalahartikan dan dijadikan sebagai dalih oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk merampas kekayaan hutan.

Pembalakan terjadi, mulai dari hutan di Banyuwangi hingga Pacitan. Termasuk juga hutan Lemongan yang ada di Kabupaten Lumajang.

Akibatnya, saat terjadi hujan, banjir dan longsor menjadi ancaman serius bagi warga yang tinggal di kaki gunung.

Bahkan rumah tempatnya berlindung dari panas dan hujan bersama kedua orangtuanya hanyut dibawa banjir. Keluarga Daim saat itu selamat. Dari pengalaman ini, Daim punya cita-cita untuk mengembalikan fungsi hutan.

"Rumah saya awalnya bukan yang tempat sekarang itu, tapi sekitar 50 meter dari hutan, itu hanyut kena banjir," kata Daim di rumahnya, Minggu (12/6/2022).

Pada 1996, Daim merealisasikan ide menanami hutan yang gundul akibat pembalakan liar. Lebih dari empat kilometer ditempuh pria itu dengan berjalan kaki ke dalam area hutan.

Baca juga: DPRD Minta Pemkab Lumajang Lebih Serius Tangani PMK, Ini Kata Bupati Thoriqul Haq

Saat itu, Daim belum mengabdikan diri sepenuhnya untuk kelestarian hutan. Ia masih coba-coba dan terkadang berkegiatan lain di kebunnya.

Berbekal cangkul dan sabit, berbagai jenis tanaman coba ditumbuhkan di hutan itu. Mulai dari alpukat, kopi, durian, sirsak, hingga nangka telah dicoba. Hasilnya, semua tanaman itu rusak dan tidak bertahan lama.

Faktornya pun beragam. Bukan hanya kebakaran hutan dan gangguan hewan buas. Orang-orang yang tidak sepemikiran dengan Daim juga turut menggoda imannya untuk menyerah dengan merusak tanamannya.

"Ya banyak sekali tantangannya, dulu baru tanam dirusak hewan, kebakar juga," kata Daim.

Cobaan demi cobaan dilaluinya dengan sabar. Pada 2007, Daim menemukan sebuah tanaman yang bisa bertahan dari segala macam gangguan yakni pinang.

Saat Daim mulai tekun menanam pohon pinang di hutan, cemooh dan ejekan tetangga pun muncul. Daim dianggap gila.

Sebab, saat semua orang menggandrungi pohon jati dan sengon, Daim malah memilih pohon pinang.

Bagaimana tidak, pohon jati dan sengon memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jauh dibandingkan dengan pinang yang saat itu buahnya hanya dihargai Rp 3.000 per kilogram. Untuk membeli beras satu kilo saja tidak cukup. Padahal saat itu harga beras sudah Rp 6.000 per kilogram.

"Orang-orang bilang saya gila karena memang pinang dulu harganya murah, buat beli beras saja tidak cukup," tambahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 20 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Surabaya
Ledakan Petasan di Bangkalan Terdengar hingga Radius 2 Kilometer

Ledakan Petasan di Bangkalan Terdengar hingga Radius 2 Kilometer

Surabaya
Rumah Ambruk di Bangkalan Akibat Petasan Meledak, 1 Orang Meninggal dan 2 Kritis

Rumah Ambruk di Bangkalan Akibat Petasan Meledak, 1 Orang Meninggal dan 2 Kritis

Surabaya
Arus Balik di Pelabuhan Jangkar Situbondo Didominasi Kalangan Santri

Arus Balik di Pelabuhan Jangkar Situbondo Didominasi Kalangan Santri

Surabaya
3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

Surabaya
PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

Surabaya
2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

Surabaya
Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Surabaya
Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Surabaya
Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Surabaya
Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Surabaya
Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Surabaya
Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Surabaya
Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com