LUMAJANG, KOMPAS.com - Nama adalah doa. Begitulah kira-kira angan-angan Mukri warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur saat memberi nama anak sapinya "Sogol".
Mukri berharap agar anak sapi yang baru saja dilahirkan dari indukan yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bisa kuat dan tetap hidup.
"Kalau kata orang Jawa itu kan, sogol bisa hidup sampai sembilan kali," kata Mukri saat mengubur Sogol di pekarangan rumahnya, Minggu (5/6/2022).
Baca juga: 3.000 Ekor Sapi di Lumajang Terinfeksi PMK, Wabup: Kami Kekurangan Nakes Hewan
Sogol sendiri merupakan tokoh fiktif asal Jawa Timur yang sering dimainkan dalam pertunjukan ludruk.
Sogol digambarkan sebagai seorang pendekar yang bisa hidup kembali setelah dibunuh musuhnya. Konon, Sogol bisa hidup sampai sembilan kali.
Berbeda antara cerita ludruk dan kenyataan, sapi milik Mukri hanya mampu bertahan hidup selama tujuh hari.
Sogol tidak mampu melawan ganasnya PMK.
Baca juga: Beredar Surat Pemindahan Pengungsi Semeru Jelang Kunjungan Wapres, Ini Penjelasan Dinsos Lumajang
Sejak dilahirkan, Sogol sudah tampak lemas, tidak mampu berdiri, apalagi menyusu ke induknya. Dua hari berikutnya muncul luka di bagian kuku.
Berbagai upaya dilakukan Mukri untuk menyelamatkan Sogol. Mulai dari memberikan ramuan tradisional hingga menyemprotkan disinfektan.
Baca juga: Berawal Bakar Sampah, Pabrik Penyulingan Daun Cengkeh di Lumajang Dilalap Api
Akan tetapi, nyawa Sogol tidak dapat tertolong dan mati tepat di depan induknya yang terduduk lemas akibat penyakit yang sama.
"Hanya bertahan tujuh hari setelah lahir, memang induknya juga sakit PMK," tambahnya.
Informasi yang berhasil dihimpun, kematian anakan sapi akibat induknya terpapar PMK tidak hanya terjadi pada Sogol.
Dinas pertanian Kabupaten Lumajang juga telah menginformasikan jika anak sapi yang lahir dari indukan yang terpapar PMK sangat rentan untuk terpapar juga. Sehingga membutuhkan penanganan cepat.
Baca juga: Soal Sengketa Lahan SMK WYSN di Lumajang, Ini Penjelasan Kuasa Hukum Pemilik Lahan
Hal itu membuat warga resah. Kini mereka hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan upaya agar PMK bisa hilang.
"Harapannya segera ada penanganan dari pemerintah agar PMK bisa hilang," pungkasnya.
Untuk diketahui, sapi terjangkit PMK di Lumajang berjumlah lebih dari 3.000 ekor. Jumlah itu diketahui hanya untuk sapi yang sakit, belum ditambah dengan kambing dan kerbau.
Meski begitu, pihak Pemkab Lumajang mengklaim bahwa telah banyak sapi yang sembuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.