Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

25 Tahun Putus Komunikasi, Subaidah Terima Jenazah Ibunya dari Malaysia

Kompas.com - 15/05/2022, 16:54 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ahmad Su'udi ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com- Rumah Subaidah (41) di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (14/5/2022) sore masih ramai.

Wakiah, ibunya, meninggal dunia di Malaysia, Senin (9/5/2022). Jenazah Wakiah sampai di rumahnya tiga hari kemudian.

Kepada Kompas.com, Subaidah menceritakan, ibunya diberangkatkan bekerja ke Malaysia oleh seorang sponsor saat dirinya duduk di kelas tiga SMP.

Baca juga: Jelang Dibukanya Perbatasan Malaysia, Calon Buruh Migran dengan Paspor Palsu Bermunculan

Ibunya berangkat membawa nomor telepon rumah milik seorang bidan tetangga mereka agar nantinya tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga.

Tidak disangka, sponsor itu meminta dan membuang catatan nomor telepon itu. Sponsor itu  kemudian menguasai gaji ibunya hingga sepuluh tahun lamanya.

"Diminta gajinya ibu, bilangnya dikirim ke Indonesia ke anaknya, tapi enggak dikirimi. Enggak tahu dikirimin ke mana. Intinya ibu itu ditipu, ibu saya kan buta huruf," kata Subaidah.

Setelah 15 tahun, Wakiah masih juga ditipu orang lain lagi hingga tak pernah mendapatkan uang.

Baca juga: Kisah Wanita Brebes Jadi TKI Ilegal di Malaysia, Tak Digaji dan Disiksa Majikan

Keadaan itu membuatnya tidak bisa mengirimkan uang ke Banyuwangi.

Subaidah sendiri tidak memiliki cara untuk menghubungi ibunya yang pekerja migran Indonesia (PMI) itu, bahkan sampai dirinya menikah dan memiliki anak.

Dia sempat berkomunikasi dengan ibunya melalui panggilan video. Namun Wakiah dilarang berbicara, dan hanya bisa melihat anak dan cucunya sambil menangis.

Itu kesempatan pertama dan terakhir mereka berkomunikasi, karena kondisi Wakiah semakin memburuk hingga meninggal dunia empat hari kemudian.

"Bayangkan, saya tidak bisa melihat dan berkomunikasi sama orangtua saya selama 25 tahun, pulang sudah meninggal. Bayangkan bagaimana rasanya hati saya," ucap Subaidah sambil terisak.

Baca juga: Gagal Bekerja di Polandia, 11 TKI Asal Lampung Terkatung-katung di Turki

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Banyuwangi Agung Subastian mengatakan, pemberangkatan PMI non prosedural masih banyak terjadi.

Padahal dengan pemberangkatan nonprosedural, mereka tidak terdata pemerintah dan rentan dieksploitasi serta ditipu seperti Wakiah.

Kerentanan itu semakin besar ketika pekerja migran telah berusia lanjut (lansia), tidak terampil menggunakan gawai, dan kesulitan mengakses alat komunikasi.

Biasanya pekerja migran pulang dalam kondisi meninggal karena tidak memiliki akses komunikasi, entah kehilangan nomor telepon rumah atau memang dilarang majikan.

Baca juga: 17 Kasus TKI yang Sedang Ditangani Astakira Cianjur, Diperjualbelikan hingga Jadi Korban Kekerasan Seksual

Sebagian lagi memilih tetap bekerja di luar negeri walau telah lanjut usia, karena tidak ada kerabat di kampung halaman, hingga dia meninggal di sana.

"Kalau yang pengaduan ke kami, yang sakit parah dan meninggal rata-rata para lansia," kata Agung, Sabtu.

Menurutnya, pemerintah telah mengupayakan memberikan pelayanan atau bantuan pada para pekerja migran, misalnya dengan aplikasi Peduli WNI.

Namun pelayanan mereka belum bisa menjangkau seluruh pekerja migran lansia yang kerap membutuhkan perhatian lebih banyak.

Solidaritas sesama pekerja migran justru yang sering membantu mereka untuk penampungan, patungan perawatan kesehatan, dan biaya kepulangan.

Baca juga: Sudah 2 Tahun, Kasus Kematian TKI Asal Cianjur di Arab Saudi Belum Terungkap

Demikian juga yang terjadi pada Wakiah, yang mendapatkan pendampingan dari komunitas pekerja migran Serantau di Malaysia selama di rumah sakit maupun kepulangan jenazah.

"Memang teman-teman di sana sangat solid ya. Biasanya untuk pembiayaan dan lain sebagainya, itu ditanggung solidaritas teman-teman yang ada di sana, kalau pas ada kawan-kawan yang kesusahan," kata Agung lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

3 Bocah Terseret Ombak di Pantai Damas Trenggalek, 1 Tewas

Surabaya
PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

PKB dan Gerindra Jalin Koalisi Usung Sosok Kades pada Pilkada Jombang

Surabaya
2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

2 Bulan Belanja Masalah, AHY Mengaku Banyak Dapati Mafia Tanah

Surabaya
Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Korupsi Dana Desa Rp 360 Juta, Kades di Mojokerto Ditangkap Polisi

Surabaya
Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Banjir Lahar Gunung Semeru

Surabaya
Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Polisi Tangkap 3 Pria Pembuat Sabu Skala Rumahan di Pasuruan

Surabaya
Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Libur Lebaran 2024, Kunjungan Wisata ke Gunung Bromo Naik 100 Persen

Surabaya
Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Jembatan yang Rusak akibat Banjir Lahar Semeru Jadi 10 Unit

Surabaya
Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Gara-gara Dicerai Sepihak, TKW Asal Madiun Rusak Rumah Hasil Menabung Selama 9 Tahun

Surabaya
Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Ayah dan Anak Tenggelam di Sungai Sidoarjo-Gresik Belum Ditemukan, Proses Pencarian Diperluas

Surabaya
Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Lahar Dingin Semeru

Surabaya
Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Paman di Pamekasan Tega Cabuli Keponakannya di Kantor Kelurahan

Surabaya
Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Alasan Sakit, Bupati Sidoarjo Mangkir Panggilan Pemeriksaan KPK

Surabaya
Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Polisi Periksa CCTV di Sekitar Lapangan Basket Alun Alun Magetan, Isa Bajaj Minta Pelaku Kekerasan terhadap Anaknya Bertanggung Jawab

Surabaya
Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Yakin MK Menangkan Prabowo-Gibran

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com