Agung mengatakan, pekerja migran usia lansia kerap kesulitan mengakses saluran komunikasi untuk menghubungi keluarga di rumah.
Penyebabnya mereka tidak terampil menggunakan gawai, tidak memiliki nomor telepon keluarga, dilarang majikan, atau memang tak ada keluarga kandung lagi di rumah.
"Pernah juga kejadian memang tidak diberi akses komunikasi oleh bos atau majiknnya untuk PRT. Akhirnya lama putus kontak dengan keluarga," ucap Agung lagi.
Dia mengatakan, sebenarnya pemerintah telah menyiapkan saluran-saluran pelayanan untuk pekerja migran melalui aplikasi daring seperti Peduli WNI.
Baca juga: Belasan PMI Ilegal dari Malaysia Diamankan di Perairan Asahan Sumut
Namun pekerja migran lansia yang tidak terampil menggunakan gawai kesulitan mengaksesnya, terlebih yang tinggal di pinggiran negara tempatnya bekerja.
Sehingga menurut Agung, pekerja migran usia lansia memerlukan perhatian yang lebih besar lagi karena lebih rentan menghadapi berbagai masalah.
Selama ini, kata dia, solidaritas sesama pekerja migran juga berperan besar dalam membantu teman seprofesi mereka yang sakit, meninggal dunia, atau menghadapi masalah lainnya.
"Jumlah pekerja migran usia lansia, kami tidak tahu data detailnya, karena masih banyak kawan-kawan pekerja migran yang tidak terdata, rata-rata tidak berdokumen. Kalau yang pengaduan ke kami, yang sakit parah dan meninggal rata-rata para lansia," kata Agung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.