BATU, KOMPAS.com - Kupatan atau memakan ketupat merupakan tradisi dari masyarakat Jawa Timur yang dilakukan sepekan setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini masih dilestarikan, antara lain oleh warga RT 01 dan 02, RW 02, Kelurahan Sisir, Kota Batu di Masjid Misbahussudur, Jumat (6/5/2022) malam.
Baca juga: Momen Lebaran Ketupat, di Kota Malang Harga Daging Ayam Broiler Naik
Puluhan warga menyantap bersama makanan dari ketupat berukuran jumbo dengan opor ayam.
Ukuran ketupat tersebut memiliki lebar 50 sentimeter, panjang 60 sentimeter dan tebal 30 sentimeter. Sebanyak 23,5 kilogram beras dibutuhkan untuk membuat ketupat jumbo itu.
Ketua Takmir Masjid Misbahussudur, Yunus Rahmat mengatakan, ide membuat ketupat dengan ukuran yang tidak pada umumnya itu berawal dari keinginan warga untuk melestarikan budaya kupatan yang telah hilang bertahun-tahun.
"Kemudian ada salah satu pemuda bilang kalau misal buat kupat besar gimana ya, ya sudah dicoba saja dan bisa berhasil, ini merupakan wujud ide kreatifitas yang luar biasa," kata Yunus saat diwawancarai, Sabtu (7/5/2022).
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 7 Mei 2022: Pagi Cerah Berawan, Sore Cerah Berawan
Sebelumnya, ketupat tersebut dimasak selama enam jam dan membutuhkan sekitar 300 lembar daun janur. Ada sekitar 10 orang warga yang ikut membantu.
Ketika matang, ketupat memiliki bobot sekitar 75 kilogram. Ketupat tersebut dibagikan ke warga sekitar dan disajikan dalam 200 porsi.
"Ketupat tadinya juga diarak terlebih dahulu dari rumah Pak RT 02 yang jadi tempat pembuatan, kemudian dibawa ke Masjid sini," katanya.
Baca juga: Kehabisan Tiket Kereta, Pemudik di Kota Malang Pilih Gunakan Bus Saat Arus Balik